Foto: /Edward Ricardo
simantab.com – Penelitian di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa pemilik golongan darah tertentu berpotensi memiliki risiko stroke dini yang lebih tinggi sebelum berusia 60 tahun. Berikut penjelasannya.
Melansir dari Healthline, para ahli dari University of Maryland menganalisis 7.000 data pasien stroke dan hampir 600 ribu orang sehat dari 48 penelitian berbeda. Selain itu, puluhan data tentang genetika dan stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum, turut ditinjau.
Hasilnya, 16 persen orang dengan golongan darah A lebih mungkin mengalami stroke dini sebelum usia 60, dibandingkan dengan golongan darah lain. Kaitannya antara stroke dini dan golongan darah tetap ada bahkan setelah menyaring faktor risiko lain, seperti jenis kelamin, berat badan, dan kebiasaan merokok.
Sementara itu, orang dengan golongan darah B memiliki risiko stroke yang sedikit lebih tinggi, tetapi risikonya lebih rendah bagi mereka yang memiliki golongan darah O yang paling umum.
Mereka juga menemukan bahwa 12 persen orang dengan darah O lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami stroke sebelum berusia 60, sedangkan tipe B dan AB tidak menunjukkan dampak signifikan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology ini juga menemukan bahwa sekitar 1 dari 16 stroke di antara orang-orang dalam kelompok tipe A dapat dikaitkan dengan golongan darah mereka.
“Jumlah orang dengan stroke dini meningkat. Orang-orang ini lebih mungkin meninggal karena peristiwa yang mengancam jiwa, dan mereka yang selamat berpotensi menghadapi kecacatan selama puluhan tahun,” kata profesor neurologi dan peneliti utama penelitian ini, Dr. Steven Kittner, Selasa (15/10/2024).
“Kami masih belum mengetahui mengapa golongan darah A memberikan risiko yang lebih tinggi, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah,” tambahnya.
Lebih dari 91.000 kasus stroke terjadi di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara dalam 12 bulan antara April 2021 dan Maret 2022, menurut data resmi. Sementara itu, sekitar 800.000 orang di AS mengalami stroke setiap tahun.
Hampir setengah dari orang Inggris dan Amerika memiliki golongan darah O, dan sepertiga lainnya adalah golongan darah A. Tipe B dan AB masing-masing sekitar 10 dan lima persen.
Para peneliti menekankan bahwa peningkatan risiko berdasarkan golongan darah tidak perlu dikhawatirkan. Belum jelas mengapa golongan darah memengaruhi risiko stroke, tetapi diperkirakan berhubungan dengan risiko seseorang mengembangkan gumpalan berbahaya dalam tubuh.
Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 15 juta orang di dunia mengalami stroke setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal dunia dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen akibat serangan stroke.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) juga menegaskan bahwa stroke dapat menyerang siapa saja, bukan hanya orang lanjut usia (lansia). (cnbc/sb1)