Medan, Capital Building, sebuah gedung yang beberapa minggu belakangan ini menjadi sorotan media massa. Sorotan karena berseliwerannya isu isu pasca mencuatnya konsorsium 303 di twitter dan platform sosial media lainnya. Di gedung inilah sebuah tempat hiburan menjalankan bisnisnya dengan nama retrospective. Retrospective mengusung tagline: one of the best night club in Medan.
Tadi malam, Sabtu (17/9) Tasya dan teman temannya melepaskan penat bersama di tempat hiburan malam tersebut. Tasya dengan 5 (lima) orang temannya bersantai menikmati alunan musik dengan memesan minuman beralkohol yang memang diperjual belikan ditempat tersebut.
Kegembiraannya bersama teman temannya harus berakhir tragis ketika karena hal sepele, Tasya dikeroyok oleh seorang gadis dan pasangannya. Tasya bahkan dipijak pijak dengan sangat emosional oleh pasangan tersebut.
Perkelahian antara Tasya dan Dina ini menjadi tidak seimbang ketika Aldi ikut turun tangan memukuli Tasya. Tentu saja hal tersebut tidak bisa diterima oleh rekan rekan Tasya, Namun usaha mereka untuk membantu Tasya dihalangi oleh rekan rekan Aldi,
Keributan berlangsung hingga ke pintu gerbang samping gedung Capital Building. Pihak security Capital Building terlihat berusaha menengahi pertikaian tersebut. tetapi setelah mengetahui sosok dari Aldi, security menjadi tak berkutik dan lebih fokus untuk mengusir keributan dari area mereka.
Aldi menurut korban pengeroyokan adalah seorang aparat kepolisian. Aldi adalah seorang polisi yang bertugas di Kota Medan. Namun dia tidak merinci apakah Aldi bertugas di Poltabes Medan atau Polda Sumatera Utara.
Jika benar Aldi adalah seorang polisi maka Kapodasu Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak harus turun tangan untuk melakukan pembinaan kepada jajarannya. Apalagi larangan terhadap polisi memasuki tempat hiburan malam dan mengkonsumsi alkohol merupakan salah satu alternatif solusi dalam mendongkrak citra polisi ditengah masyarakat.
Tak terima dikeroyok, Tasya meneruskan perjuangannya dengan melakukan pelaporan penganiayaan yang dilakukan oleh Adli, dkk ke SPKT Poltabes Medan. Tasya melakukan pelaporan dengan membawa teman temannya yang melihat langsung kejadian penganiayaan tersebut.
Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Poltabes Medan diawal penerimaan pelaporan melayani Tasya dengan sangat baik. Setelah mendengar curahan hati Tasya, dua orang petugas SPKT membawa tasya seorang diri menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Nadine, salah seorang teman Tasya yang hadir di Poltabes Medan menyatakan bahwa dirinya dan teman temannya masih di SPKT Poltabes Medan sedangkan Tasya dibawa oleh 2 (dua) orang polisi ke TKP.
Namun sekembalinya dari Tempat Kejadian Perkara tersebut, pihak SPKT Poltabes Medan mulai menunjukkan gelagat dan perilaku yang kurang elok bahkan ditengarai bersikap tidak profesional. Dimana pada saat Tasya dan teman temannya masih melakukan proses pelaporan di SPKT, pihak SPKT membiarkan Aldi dan rombongannya memasuki ruangan SPKT.
Tentang kejadian hadirnya terlapor dan rombongannya di ruangan SPKT pada saat pelapor menyampaikan laporannya, Kantor Berita Simantab sudah mengirimkan pesan kepada Kasat Reskrim Poltabes Medan, apakah hal tersebut diperkenankan atau sudah seseuai dengan prosedur penerimaan laporan?
Ketika terjadi perdebatan antara kedua kubu, pihak SPKT Poltabes Medan mengusir seluruh teman teman Tasya dari ruangan SPKT dan membiarkan Tasya seorang diri dikerumunin oleh Aldi dan rombongannya,
Tentu saja hal tersebut sangat tidak elok dan dapat diduga menjadi sebuah intimidaasi terhadap sang pelapor. Kru dari simantab.com sedang dalam perjalanan menuju ke Poltabes Medan untuk melihat kejadian yang sebenarnya.
Catatan redaksi:
Informasi berikut ini sedang diverifikasi oleh kru simantab dengan mengirimkan pesan singkat kepada kasat serse Poltabes Medan dan Kapoldasu.