Dinas Pertanian Simalungun menyiapkan langkah mitigasi menghadapi prediksi hujan lebat hingga Desember 2025 untuk mencegah gagal panen dan menjaga produktivitas petani.
Simalungun|Simantab – Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun terus memantau kondisi lahan pertanian seiring meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Pemantauan dilakukan untuk mengantisipasi potensi genangan air di lahan sawah yang dapat mengganggu musim tanam utama yang segera dimulai pada awal November.
Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, Zefri Zein, mengatakan bahwa hingga saat ini belum ditemukan laporan adanya kerusakan lahan akibat genangan. Namun, pihaknya tetap menyiapkan langkah-langkah mitigasi agar produktivitas pertanian tidak terganggu.
“Sampai saat ini belum ada laporan kerusakan, tetapi kami terus melakukan pemantauan berkala ke lapangan. Petugas penyuluh di tiap kecamatan sudah kami minta siaga dan aktif berkoordinasi dengan kelompok tani,” ujar Zefri Zein, Jumat (17/10/2025).

Menurutnya, saat ini sebagian besar petani di Simalungun tengah mempersiapkan musim tanam utama yang berlangsung pada periode November hingga Maret. Pada periode ini, curah hujan yang tinggi justru menjadi sumber air alami yang penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman padi.
Namun demikian, Zefri mengingatkan bahwa kelebihan air juga bisa menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik. Karena itu, Dinas Pertanian telah menyiagakan sejumlah alat bantu pertanian seperti mesin pompa air, selang, dan perangkat drainase di beberapa wilayah rawan genangan.
“Kami sudah menginstruksikan agar petani segera melapor jika lahan mereka tergenang. Dinas juga menyiapkan dukungan alat untuk mempercepat pengeringan lahan bila diperlukan,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa penyuluh pertanian harus menjadi ujung tombak dalam mengkomunikasikan data cuaca real time, mitigasi berbasis zona risiko, dan adaptasi pola tanam.
“Selain itu, kami mendorong petani untuk mempercepat pengolahan tanah agar masa tanam tidak tertunda, sehingga produktivitas pertanian tetap optimal,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Sumatra Utara, Wahyudin, mengingatkan bahwa curah hujan di sebagian besar wilayah Simalungun diprakirakan akan berada pada kategori menengah hingga tinggi selama Oktober hingga Desember 2025.
Menurut data prakiraan BMKG Sumatra Utara, Ia menuturkan untuk wilayah Kabupaten Simalungun, selama periode ini diprediksi hujan ringan hingga hujan petir dengan suhu udara berkisar antara 21 °C – 27 °C, dan tingkat kelembapan tinggi.
Kondisi ini dapat menguntungkan bagi pertanian padi sawah, namun berpotensi menimbulkan genangan di daerah dengan sistem irigasi yang kurang baik.
“Kami memperkirakan intensitas hujan akan meningkat terutama pada malam hari. Petani perlu memperhatikan kondisi drainase di sawah mereka agar air tidak menggenang terlalu lama,” ujarnya.
Sementara itu, tren suhu rata-rata di Desember berkisar antara 24,7 °C – 28 °C di Medan, dengan pola curah hujan yang lebih sering dan intensitas lebih tinggi. Saat mencapai puncak intensitas hujan di bulan Desember, beberapa wilayah rawan diprediksi mengalami hujan lebat disertai petir, terutama pada sore dan malam hari.
“Apabila fase aktif MJO berkorelasi dengan konveksi lokal, peluang hujan lebat atau ekses genangan bisa meningkat signifikan, terutama di wilayah barat dan pusat Indonesia, termasuk Sumatra Barat dan Sumatra Utara,” ungkapnya.
Wahyudin juga menekankan pentingnya peran penyuluh pertanian dalam menghadapi dinamika iklim saat ini. Menurutnya, penyuluh merupakan jembatan antara informasi cuaca dari lembaga klimatologi dengan tindakan nyata di lapangan.
“Penyuluh pertanian berperan penting membantu petani menyesuaikan pola tanam dengan kondisi cuaca. Mereka menyampaikan informasi cuaca, memberi arahan memilih tanaman yang tahan hujan, dan membina kerja sama antarpetani,” jelas Wahyudin.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa sinergi antara Dinas Pertanian, penyuluh, dan lembaga klimatologi perlu terus diperkuat untuk menjaga ketahanan pangan daerah. Dengan koordinasi yang baik, petani dapat lebih siap menghadapi tantangan cuaca ekstrem tanpa mengorbankan produktivitas.
Wahyudin juga mengingatkan bahwa kelemahan historis sering muncul pada koordinasi antardinas dan keterlambatan informasi ke petani. Menurutnya, mitigasi hanya efektif bila pengambilan keputusan di lapangan dilakukan cepat berdasarkan data cuaca lokal harian.
“Namun, kesiapsiagaan tidak boleh dipandang remeh — setiap kelemahan teknis, koordinasi, atau kecepatan respons dapat membuka celah kerugian pada petani,” tegasnya.
Dinas Pertanian Simalungun pun berkomitmen untuk terus memperkuat sistem pemantauan lapangan dan memperbarui informasi cuaca kepada petani melalui penyuluh. Selain mitigasi genangan, pemerintah daerah juga tengah mengupayakan perbaikan jaringan irigasi di beberapa titik rawan air tergenang.
Ia menambahkan Dengan kesiapsiagaan ini, diharapkan kegiatan pertanian di Kabupaten Simalungun tetap berjalan stabil meskipun di tengah tingginya curah hujan.
“Kami ingin memastikan bahwa musim tanam utama tahun ini tetap berjalan lancar, dan hasil panen nantinya bisa maksimal,” tutup Zefri Zein.(Putra Purba)