Medan – Stok vaksin dosis II di Kota Medan kian menipis, akibatnya sekitar 40 persen warga yang sudah divaksin dosis I, belum bisa mendapatkan vaksin dosis II.
Wali Kota Medan Bobby Nasution pun tak menampik kondisi tersebut. Dan menuturnya, kondisi itu tidak hanya terjadi di Kota Medan saja, tapi juga di sejumlah daerah di Sumut.
Menantu Presiden Joko Widodo ini mengatakan, stok vaksin saat ini tidak seimbang dengan target yang telah ditetapkan. Dia mengatakan, target vaksinasi yang dilakukan 10.000/hari, sisa yang tinggal 8.000 dan yang masuk kemarin hanya 100 vial (1.000 vaksin).
“Setengah hari habis yang 1.000 vaksin itu. Makanya, kita minta kemarin yang dosis II diutamakan,” terang Bobby, Jumat (30/7/2021).
Bahkan, kata Bobby, beberapa kali sudah disampaikan dalam rapat dengan Menko Perekonomian dan Menteri Kesehatan. Kondisi itu, pun menyebabkan 40 persen warga yang sudah divaksin dosis I hingga kini belum disuntikkan vaksin dosis II.
“Stok vaksin saat ini sangat minim. Agustus minggu pertama, kemungkinan baru bisa masuk lagi. Bagi warga yang sudah divaksin dosis I namun dosis II terlambat, vaksinnya tidak gagal sama sekali dan masih boleh divaksin untuk dosis kedua. Ini yang harus dipahami oleh masyarakat, tidak gagal dan harus mengulang kembali dari awal,” katanya.
Menyikapi meningkatnya kasus Covid-19 di Kota Medan, dia mengatakan, bed di RSUD Dr Pirngadi sudah ditambah 200 bed dan ruang ICU 22 bed. Penambahan bed dan peralatan medisnya dibantu oleh Kementrian Kesehatan, sedangkan pembangunannya dibantu Kementrian PUPR untuk peralatan medisnya.
Selain RSUD dr Pirngadi, lanjutnya, RSUP H Adam Malik juga dilakukan penambahan bed. Di kedua rumah sakit itu dikhususkan untuk menangani warga positif Covid-19 dengan gejala berat.
Untuk yang di eks Hotel Soechi Internasional, tambah Bobby, dikhususkan untuk warga yang positif Covid-19 dengan gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG). “Apapun alasannya, gejala ringan maupun OTG kita wajibkan masuk isolasi terpadu. OTG ini sebenarnya yang berpotensi menyebarkan Covid-19 lebih tinggi dari pada yang bergejala ringan. Sebab, yang bergejala ringan biasanya di rumah istirahat, namun yang OTG, sehari dua hari istirahat di rumah, namun karena bosan dan merasa tidak ada apa-apa kemudian cari makan ke luar,” pungkasnya. ()