Menariknya, Mojtaba Khamenei, putra Khamenei yang selama ini disebut-sebut sebagai pewaris takhta politik Republik Islam, tidak masuk dalam daftar tiga nama yang diajukan ayahnya.
Teheran|Simantab – Di tengah panasnya konflik bersenjata dengan Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah menyiapkan skenario darurat: tiga ulama senior dikabarkan telah ditunjuk sebagai calon pengganti dirinya jika ia tewas dalam perang.
Langkah ini diambil menyusul memburuknya situasi keamanan di Iran, yang kini terlibat langsung dalam konfrontasi militer besar dengan Israel dan Amerika Serikat. Menyadari tingginya ancaman pembunuhan terhadap dirinya, Khamenei dilaporkan bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah dan menghentikan seluruh bentuk komunikasi elektronik langsung demi menghindari pelacakan.
Sumber-sumber di media Iran menyebutkan, Khamenei telah menginstruksikan Majelis Ahli—lembaga yang bertugas memilih pemimpin tertinggi pengganti—untuk siap melakukan suksesi secara cepat jika dirinya gugur. Tiga nama ulama senior telah diserahkan secara tertutup dan akan menjadi rujukan Majelis jika situasi darurat terjadi.
“Biasanya, proses ini memakan waktu berbulan-bulan. Namun dalam kondisi perang, pemimpin tertinggi ingin proses transisi berlangsung cepat, tertib, dan menjamin stabilitas negara,” demikian isi laporan situs Iran International.
Menariknya, Mojtaba Khamenei, putra Khamenei yang selama ini disebut-sebut sebagai pewaris takhta politik Republik Islam, tidak masuk dalam daftar tiga nama yang diajukan ayahnya. Padahal, Mojtaba dikenal dekat dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan kerap disebut dalam berbagai spekulasi suksesi politik.
Iran Kunci Rapat, Bunker Jadi Markas Elit
Kementerian Intelijen Iran juga disebut telah memperketat protokol keamanan dengan melarang pejabat tinggi dan komandan militer menggunakan ponsel atau perangkat elektronik lainnya. Semua petinggi negara diperintahkan tetap berada di lokasi bawah tanah guna menghindari serangan udara atau operasi infiltrasi dari musuh.
Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Iran terkait kabar penunjukan tiga calon pengganti maupun lokasi persembunyian Khamenei.
Teheran Dilanda Guncangan, AS dan Israel Hujani Serangan
Situasi memburuk sejak 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir di Iran. Balasan cepat datang dari Teheran: rudal Iran menghantam wilayah-wilayah strategis Israel, termasuk kilang minyak di Haifa, rumah sakit, dan permukiman warga sipil.
Menurut otoritas Israel, sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan terluka akibat serangan balasan Iran. Di pihak Iran, laporan organisasi HAM berbasis di Washington menyebut lebih dari 657 orang tewas, termasuk 263 warga sipil, dan lebih dari 2.000 lainnya luka-luka.
Amerika Serikat juga telah resmi terlibat dalam konflik. Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS membombardir tiga fasilitas nuklir Iran, termasuk pusat pengayaan uranium bawah tanah di Fordo.
Kerusakan parah dilaporkan terjadi di ibu kota Teheran, bahkan disebut melebihi kehancuran selama Perang Iran-Irak pada era 1980-an. Meski sejumlah pejabat senior militer Iran dikabarkan tewas, struktur komando tertinggi Iran disebut masih aktif dan solid hingga kini.(*)