Siantar – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Pematangsiantar-Simalungun menggelar acara Diklat Jurnalistik selama tiga hari, sejak 7-10 Agustus 2021 di Aula Pascasarjana USI Pematangsiantar dan Student Center GMKI, Jalan Asahan, Simalungun.
Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Rektor III USI Elpina Tanjung, GAMKI Simalungun, pemuda gereja, KSPM, dan senior GMKI.
Ketua Panitia Armada Simorangkir menerangkan, kegiatan itu dilaksanakan secara hybrid dengan skema daring-luring.
“Pesertanya ada 20 orang. Gak cuma anggota GMKI Pematangsiantar-Simalungun karena ada juga anggota GMKI Cabang Tarutung, Sibolangit dan beberapa pemuda gereja,” katanya.
Menurut Armada, kegiatan ini bertujuan memberikan soft skill bagi kader-kader GMKI untuk terjun ke dunia kerja atau industri.
Tiga hari diisi materi-materi pengenalan ilmu jurnalistik oleh beberapa jurnalis senior, seperti Jalatua Hasugian, Rindu Marpaung, advokat Daulat Sihombing, Hermanto Sipayung, Tigor Munthe, Dosmaria Saragih dan Bangun Pasaribu dari SMSI.
Hari pertama, Tigor Munthe dalam pemaparannya menjelaskan bahwa salah satu kemampuan dasar untuk menggeluti dunia tulis menulis adalah dengan banyak membaca.
“Dengan membaca, referensi kita banyak dan bisa menjadi bahan untuk penulisan. Mahasiswa harus banyak dan rajin membaca untuk bisa menulis dengan baik dan berkualitas,” katanya.
Jalatua Hasugian menyebut jurnalistik sebagai ilmu terapan sehingga membutuhkan ruang bagi peserta untuk bisa terjun langsung mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama diklat.
Rindu Marpaung menekankan profesi jurnalis memiliki peran besar untuk mempengaruhi kebijakan publik.
“Jadi butuh jurnalis yang berintegritas untuk menghasilkan berita-berita yang mencerdaskan pembacanya,” tukasnya.
Oxford University menyebut kesuksesan seseorang itu berasal 70 persen soft skill dibanding hard skill
Hermanto Sipayung pada materi reportase menjelaskan, reporter harus dilengkapi analisis masalah saat mewawancarai narasumber. Karena sebuah wawancara atau interview dapat disebut sebagai pertarungan antara narasumber dengan reporternya.
“Sehingga seorang reporter harus menguasai lapangan dan tidak terjebak narasumber yang terkadang melakukan penggiringan opini atau ngeles,” ujar Hermanto.
Hari kedua, Daulat Sihombing memaparkan pengalamannya selama menjadi jurnalis koran SIB. Banyak tantangan saat penugasan di Aceh.
Dia menyebut, jurnalis memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kondusifitas di daerah kerjanya.
“Ada berita yang dibuat guna mengontrol kebijakan yang salah dari pemerintah, tapi ada juga berita yang kalau dibuat membahayakan kondusifitas masyarakat. Makanya jurnalis harus bijak,” pesan Daulat.
Dosmaria Saragih dan Bangun Pasaribu yang diundang dari SMSI menegaskan, jurnalis harus memegang teguh kaidah-kaidah jurnalistik, kode etik dan UU Pers 40/1999.
“Jadi jurnalis harus berintegritas, serta tidak boleh jurnalis membawa nama profesi ini untuk kepentingan pribadi yang membuat stigma buruk bagi jurnalis karena sebenarnya itu profesi yang sangat mulia,” pesan Dosma dan Bangun kompak.
Pemaparan para pemateri diselingi interaksi dengan peserta dan beberapa latihan praktik seperti wawancara dan penulisan berita.
Ketua GMKI Cabang Pematangsiantar-Simalungun Juwita Theresia Panjaitan menyebut, GMKI akan fokus memberikan pelatihan-pelatihan kepada kadernya agar memiliki ketangkasan berupa soft skill yang berguna untuk dunia industri kelak.
“Penelitian Oxford University menyebut kesuksesan seseorang itu berasal 70 persen soft skill dibanding hard skill, artinya ilmu tak cuma dapat di kampus tapi juga bisa di luar, termasuk GMKI,” terang Juwita.
Di akhir kegiatan, panitia menganugerahkan tiga peserta terbaik, masing-masing Yeremia Nababan, Rejeki Situmorang dan Putri Florensia.
Kegiatan ditutup pada Selasa, 10 Agustus 2021 di Student Center GMKI, Jalan Asahan Kompleks Griya No. 6 Simalungun oleh Ketua GMKI Cabang Pematangsiantar-Simalungun Juwita Theresia Panjaitan.[]