Video itu memicu gelombang kecaman publik, khususnya menyangkut sikap represif aparat dan lemahnya pendekatan humanis terhadap kelompok rentan.
Pematangsiantar|Simantab – Satu video penertiban pengamen disabilitas oleh Satpol PP Kota Pematangsiantar viral di media sosial sejak Minggu (15/06/2025). Dalam video tersebut tampak seorang pria tunanetra digotong paksa oleh petugas hingga terjatuh, dengan tongkatnya tergeletak di Jalan Sutomo.
Peristiwa dalam video itu diketahui terjadi, Jumat (13/06/2025) pukul 15.00 WIB. Setelah viral, video itu memicu gelombang kecaman publik, khususnya menyangkut sikap represif aparat dan lemahnya pendekatan humanis terhadap kelompok rentan.
Ketua Kesenian Reog Jaranan Pemuda (KRJPS), Muhammad Dimas Pramana, menyebut tindakan itu sebagai bentuk arogansi dan mencoreng wajah kota.
“Seharusnya Satpol PP bersikap humanis, bukan represif. Apalagi terhadap penyandang disabilitas,” ujarnya, Minggu (15/06/2025).
Senada, Ketua Gerakan Ikatan Mahasiswa dan Pemuda (GIMP), Indra Simarmata, menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran etika dan kemanusiaan. Ia meminta agar Wali Kota dan DPRD mengevaluasi kinerja Satpol PP, bahkan mempertimbangkan pencopotan kepala dinas jika terbukti lalai.
“Tindakan seperti ini mencoreng citra kota. Penegakan aturan harus beriringan dengan pendekatan yang beradab,” kata Indra.
Sementara itu, Dinas Sosial (Dinsos) P3A Pematangsiantar menjelaskan, insiden itu terjadi saat razia gabungan bersama Satpol PP dan Polresta terhadap gepeng, ODGJ, dan pengamen di pusat kota. Plt Kepala Dinsos, Risbon Sinaga, menyebut delapan orang terjaring, semuanya berasal dari luar kota.
“Pengamen yang viral itu sudah dibina dan dikembalikan ke rumahnya di Jalan Medan Area, Kecamatan Siantar Barat. Kami juga memberikan arahan agar mereka mencari nafkah secara lebih layak, seperti menjual barang dagangan,” jelas Risbon.
Dinsos juga berencana membantu pengurusan dokumen kependudukan bagi penyandang disabilitas tersebut, dan sempat menawarkan pelatihan di Panti Tunanetra UPTD Sei Buluh, namun ditolak oleh yang bersangkutan.
Respons Wali Kota
Wali Kota Pematangsiantar, Wesly Silalahi, mengaku telah bertemu langsung dengan Heri, pengamen disabilitas dalam video tersebut. Ia menyebut Heri berniat beralih profesi menjadi tukang pijat.
“Sudah saya undang ke rumah dinas. Kita bicara banyak. Dia ingin kembali ke profesi asalnya sebagai tukang urut. Pemerintah mendukung penuh,” kata Wesly.
Menanggapi kritik publik soal tindakan aparat, Wesly menyebut insiden itu bagian dari penegakan aturan, namun menyatakan akan mengevaluasi metode di lapangan.
“Kita tidak bisa membiarkan kota semrawut. Tapi tentu saja, penertiban ke depan akan kami evaluasi agar lebih humanis,” ujarnya.
Meski telah menyampaikan klarifikasi, respons Wesly dinilai normatif dan kurang menyentuh akar persoalan: pola pendekatan represif terhadap kaum marjinal di ruang publik.(putra purba)