Israel perlu mengembangkan industri senjata dan menyesuaikan ekonominya agar tidak terlalu bergantung pada perdagangan eksternal.
Simantab.com – Israel semakin menghadapi pengucilan dari komunitas internasional seiring berlanjutnya perang dan krisis kemanusiaan di Gaza.
Kecaman global menguat setelah Israel melancarkan serangan darat ke Gaza City dan menyerang pimpinan Hamas di wilayah Qatar.
Pekan lalu, penyelidikan independen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pertama kalinya menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Temuan tersebut dikuatkan pakar genosida dan kelompok hak asasi manusia, sebagaimana dilaporkan CNN, Minggu (28/9/2025).

Tekanan Diplomasi dan Ekonomi
Uni Eropa, mitra dagang terbesar Israel, mengusulkan sanksi berupa penangguhan sebagian perjanjian perdagangan bebas, yang kini menunggu persetujuan negara anggota.
Sejumlah negara Barat lebih dulu menjatuhkan sanksi terarah terhadap individu, pemukim, dan organisasi Israel yang mendukung kekerasan di Tepi Barat.
Dampak ekonomi juga terasa. Pada Agustus lalu, dana kekayaan negara Norwegia—terbesar di dunia—mengumumkan divestasi sebagian investasinya di Israel karena memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Perancis, Italia, Belanda, Spanyol, dan Inggris turut memberlakukan embargo senjata sebagian maupun penuh terhadap Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui kondisi tersebut. Ia menyebut Israel menghadapi semacam pengucilan yang bisa berlangsung bertahun-tahun, meskipun kemudian meralat pernyataannya dengan menekankan bahwa yang dimaksud hanya sektor pertahanan.
Netanyahu menambahkan, Israel perlu mengembangkan industri senjata dan menyesuaikan ekonominya agar tidak terlalu bergantung pada perdagangan eksternal.
Boikot Budaya dan Hiburan
Gelombang penolakan juga meluas di bidang budaya dan hiburan.
Sejumlah penyiar di Irlandia, Belanda, dan Spanyol menyatakan akan memboikot ajang kontes lagu Eurovision 2026 jika Israel tetap diikutsertakan. RTE, penyiar nasional Irlandia, menilai partisipasi negaranya tidak dapat dibenarkan mengingat banyaknya korban jiwa di Gaza.
Sementara itu, penyiar Israel KAN 11 menegaskan tetap akan mengirim peserta, dengan alasan ajang musik tersebut seharusnya tidak dipolitisasi. Keikutsertaan Israel akan ditentukan melalui pemungutan suara oleh Asosiasi Penyiar Eropa pada November mendatang.
Di Belgia, sebuah festival musik di Ghent membatalkan penampilan dirigen Israel Lahav Shani bersama Munich Philharmonic. Panitia menyebut tidak bisa memberi kejelasan sikap terhadap rezim yang dituding melakukan genosida, meski Shani dikenal vokal menyerukan perdamaian.
Di Hollywood, ribuan sineas dan aktor, termasuk Olivia Colman, Emma Stone, Andrew Garfield, hingga Hannah Einbinder, menandatangani petisi menolak bekerja sama dengan institusi film Israel. Dalam pidatonya di ajang Emmy, Einbinder bahkan menutup dengan seruan “Free Palestine” atau “Palestina Merdeka”.
Tekanan di Dunia Olahraga
Di bidang olahraga, Israel juga menghadapi pengucilan.
Etape terakhir balap sepeda di Spanyol dibatalkan setelah demonstrasi besar pro-Palestina memprotes partisipasi tim Israel–Premier Tech.
Masih di Spanyol, panitia turnamen catur melarang atlet Israel bertanding di bawah bendera negaranya, sehingga mereka memilih menarik diri.
Media Israel melaporkan kekhawatiran akan potensi penangguhan Israel dari kompetisi sepak bola Eropa. UEFA sempat dikritik setelah spanduk bertuliskan “Stop killing children, Stop killing civilians” terbentang di final Piala Super Eropa.
Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel Miki Zohar mengaku bekerja keras di balik layar untuk mencegah rencana pengusiran Israel dari UEFA. Sementara itu, sejumlah pemain Liga Inggris, termasuk Mohamed Salah, turut menyuarakan dukungan bagi warga Palestina.(*)