Jeka Asparindo Saragih atau dikenal dengan Jeka Saragih adalah petarung MMA dari Indonesia yang berasal dari pinggiran Danau Toba, tepatnya Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Pria yang lahir pada tanggal 3 Juli 1995 ini memulai karirnya dengan mengikuti olah raga Wushu. Dan pada tahun 2013, Jeka Saragih berhasil menembus Kejuaraan Nasional Wushu di Jogjakarta dan meraih juara 1.
Pada tahun 2017, Jeka Saragih banting stir ke Jalur Profesional dengan mengikuti one pride MMA yang diselenggarakan oleh TV One. Pada ajang profesional tersebut, Jeka Saragih berhasil menjadi kampium dan menjadi pemegang sabuk MMA kelas 70 Kg.
Pemegang rekor 11 menang dan 2 kali kalah ini pada tahun 2022 ikut serta dalam ajang kelas dunia, road to UFC. Dimana Jeka dan atlet profesional MMA dari seluruh dunia memperebutkan tiket untuk beraksi di ajang UFC World.
Penampilannya yang ciamik di ajang perempat final dan semi final dengan menang KO memberi angin segar, Jeka Saragih akan menjadi atlet asal Indonesia pertama yang bertanding di UFC World.
UFC World sendiri merilis bahwa pemenang Final road to UFC otomatis menjadi pemegang kontrak untuk beraksi di UFC World. Dan di final (5/2/20223) yang diselenggarakan di Octagon, Las Vegas, USA, Jeka Saragih menantang atlet asal India, Anshul Jubli.
Dan dalam pertandingan final tersebut, Jeka Saragih dikalahkan TKO oleh Anshul Jubli. Dengan kemenangan Anshul Jubli maka tiket untuk bertanding di UFC world menjadi milik petarung asal India tersebut.
Jeka Saragih Masih Berpeluang Mendapat Kontrak Dari UFC
Sebagai runner up maka peluang Jeka Saragih untuk bertarung di UFC World belum tertutup. Karena dalam rilisnya UFC menyatakan bahwa pemenang final road to UFC otomatif mendapat kontrak dan bertarung di UFC world.
Lalu untuk runner up? Runner up mendapat kontrak untuk bertarung di UFC World atau tidak sepenuhnya menjadi hak subjektivitas dari UFC World.
Tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi UFC apakah akan memberikan kontrak untuk bertarung di UFC kepada Jeka Saragih atau tidak diantaranya adalah animo masyarakat dan aspek aspek bisnis lainnya.
Fanatisme penonton Indonesia jika ada warga Indonesia yang bertanding di event event tertentu adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh UFC World.
Dan mari menantikan bagaimana keputusan dari UFC,