Siantar – Kisruh kritikan berujung intimidasi yang menimpa Ketua PAC PDI-P Siantar menjadi pembahasan hangat oleh sejumlah kalangan. Hal itu terjadi karena kisruh yang awalnya terlihat biasa, kini berubah menjadi masalah cukup serius. Belakangan persoalan ini pun menyeret nama wakil rakyat dan orang nomor wahid di kota itu.
Kepada Simantab, Selasa (7/6/2022), Azahari Nasution pun blak-blakan mengenai kisruh yang berawal dari sikap kritisnya terhadap bangunan berdiri tanpa izin di Jalan Melati, Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar.
Ia mengungkapkan ada sejumlah pihak yang menemuinya usai mengkritisi bangunan nan megah tersebut. Maksud kedatangan itu, lanjutnya, tak lain untuk meredamnya, meski kritiknya dibalut data dan fakta yang sebenarnya.
“Yang pertama datang kepada saya seorang pria bersama rekan saya. Pria itu mengaku seorang tentara aktif sekaligus kawan dekat anggota DPRD Siantar berinisial BW,” kata Azahari karib dipanggil, Wak Nas.
Singkat cerita, lanjutnya, dalam pertemuan tatap di Jalan H Adam Malik pada pekan lalu pria itu meminta agar postingan tentang bangunan Jalan Melati dihapus dari laman sosial medianya.
Lalu, permintaan yang sama (hapus postingan) kembali dikatakan pria itu kepadanya. Ia mengaku permintaan kali kedua ini disampaikan dari seberang telepon, dua jam pasca pertemuan.
Namun Azahari merasa ada keanehan tentang pengakuan pria itu yang mengaku hanya teman dekat BW. BW diketahui merupakan anggota DPRD Siantar yang tak lain adalah menantu Plt Walikota Siantar.
“Nah, ini yang menarik menurut saya. Awalnya beliau mengaku kawan dekat anggota dewan BW. Tapi belakangan saya tau kalau beliau ternyata ajudannya ibu Walikota. Ini kan jadi lain lagi ceritanya. Kok hanya masalah izin bangunan saya didatangi ajudan. Terus apa hubungannya anggota DPRD BW dan Walikota dengan bangunan tanpa izin tersebut?,” ujarnya.
Tak berhenti disana, Azahari pun melanjutkan ke-esokan harinya ada pihak lain terkait kasusnya. Seorang pria berbadan kekar menemuinya dan memintanya secara gamblang untuk tidak mengusik kepemimpinan orang nomor wahid di di Pemko Pematangsiantar.
“Nah, yang berikutnya, saya didatangi pas duduk di warung. Dia bilang gini ‘bang, tenang lah dulu abang. Kan, abang tau kami sekarang di dalam kekuasaan. Tenang lah dulu abang. Ya kalau gak bisa minta tolong, jumpa-jumpa di luar lah kita’,” ujarnya menirukan ucapan pria itu.
Azahari mengatakan kejadian itu sebuah ancaman serius kebebasan berekspresi dalam tatanan sistem demokrasi, sehingga tak bisa ditolerir.
Di sisi lain, ia tak menyangka jika postingan di media sosial seakan menjadi pintu masuk untuk menguak sebuah tabir.
Menurutnya pula jika memang postingannya tentang bangunan tanpa izin tak sesuai fakta, pihak terkait cukup mengambil langkah bijak dan tak perlu utus-mengutus.
“Wajar kan cerita ini menjadi liar. Karena yang datang ke saya itu kan mengaku-ngaku orang lingkaran kepala daerah saat ini. Jadi sekarang biar publik yang menilai kasus ini,” katanya.
Ia menambahkan, agar kejadian serupa tak terulang terhadap siapapun, rencananya akan membawa persoalan ini ke dalam internal partai guna penentuan langkah-langkah selanjutnya. “Ini tidak boleh dibiarkan. Saya tidak pernah takut dengan hal semacam ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Azahari yang juga Ketua PAC PDI-P mengaku ketenangannya mulai terguncang usai didatangi oknum aparat dan pria berbadan kekar, usai mengkritisi kebijakan pejabat di Kota Pematangsiantar.
Kritikan dilontarkannya lewat postingan sosial medianya tentang bangunan megah berdiri di Jalan Melati, Kecamatan Siantar Barat, namun belum mengantongi izin dari dinas terkait.