Borong, simantab.com,-Raut wajah Aldina Riding tampak sedih ketika jurnalis simantab.com mengujungi rumahnya di Ndawang, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT pada Kamis, 27 Januari 2022.
Mengenakan pakaian lusuh dengan balutan handuk di kepalanya, Aldina sibuk membersihkan jagung yang baru saja dipanen beberapa hari sebelumnya.
Cuaca hari itu sama sekali tidak bersahabat. Hujan lebat yang disertai angin kencang membuat Aldina tidak bisa beraktifitas di luar rumah. Kesempatan itu ia gunakan untuk merapikan jagung yang berserakan di sebuah tenda kecil yang ada di dapur rumahnya.
“Maaf pak keadaan rumahnya sangat kotor seperti ini,” ujarnya sembari mempersilahkan jurnalis simantab.com duduk di atas sebuah tenda yang dipenuhi oleh tumpukan jagung.
Aldina Riding tinggal di sebuah rumah berukuran 6×7 meter yang masih beralaskan tanah dan berdinding bambu.
Rumah tersebut merupakan bantuan pemerintah Desa Golowuas pada tahun 2008 silam. Ia memiliki dua orang anak. Anak sulungnya sudah menikah dan hidup berkeluarga. Saat ini ia tinggal bersama anak laki-lakinya yang kini memasuki usia remaja.
Kepada simantab.com Aldina menuturkan kisah hidup yang dialaminya. Ia hidup menjanda semenjak ditinggal pergi oleh suaminya pada belasan tahun silam. Sejak saat itu, ia harus bekerja sendirian demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
” Kami memutuskan untuk cerai pada tahun 2003 silam. Itu adalah keputusan terberat yang pernah saya ambil karena saya harus berjuang sendirian mencari nafkah buat anak-anak saya,” tutur Aldina dengan raut wajah sedih.
Hasil pertanian yang mereka miliki sangat sedikit bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun demikian, Aldina tidak pernah putus asa.
Berbagai upaya ia lakukan agar bisa menafkahi keluarganya.
” Hasil padi yang kami miliki hanya berkisar 2-3 karung per tahun begitu juga dengan hasil kopi sehingga tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari- hari,” ujarnya dengan nada sedih.
Tidak Mampu Beli Meteran Listrik
Golowuas menjadi Desa pertama yang dijangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Meskipun demikian, tidak semua warga bisa menikmati penerangan listrik di malam hari, salah satunya Aldina Riding.
Tingginya harga meteran membuat Aldina Riding pasrah dan mengurungkan niatnya untuk memasang instalasi listrik di rumahnya.
” Saya tidak mampu membayar meteran listrik karena harganya sangat mahal. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sangat sulit apalagi untuk membeli meteran listrik,” katanya.
Aldina hanya bisa melihat kebahagiaan tetangganya yang saat ini sudah menikmati penerangan listrik di malam hari. Ia berharap semoga di penghujung usianya, ia bisa mendapatkan bantuan meteran listrik gratis dari pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.
” Saya sangat berharap semoga ada orang baik di luar sana ataupun dari pemerintah bisa memberikan bantuan meteran listrik gratis bagi keluarga saya ini,” kata Aldina dengan penuh harap.