Miris, eks Pengungsi Tsunami Aceh Bertahan di Kolong Jembatan Medan

Medan – Eks pengungsi bencana tsunami Aceh yang terjadi beberapa tahun lalu, ditemukan masih ada yang bertahan dibawah kolong jembatan di Kota Medan.

Ya, mereka terdiri dari 3 keluarga ini menjadikan kolong jembatan di Jalan Guru Patimpus, Medan Barat, sebagai tempat tinggalnya.

Ironisnya, untuk menuju lapak di kolong jembatan itu, mereka menggantung dengan seutas tali layaknya seperti Tarzan untuk bisa naik turun ke lokasi lapak mereka. Untuk naik ke kolong jembatan tempat mereka tinggal juga menggunakan seutas tali.

Salah seorang eks pengungsi tsunami Aceh ini, mengaku bernama Anita dan berusia 23 tahun, mengaku sudah 3 tahun terakhir menempati kolong jembatan itu.

Mereka memiilih tinggal di kolong jembatan Sungai Deli ini karena tempat itulah tempat yang ternyaman saat ini dalam kondisi mereka tidak mampu menyewa rumah.

Sebelum di kolong jembatan, aku Anita, mereka sempat tinggal di emperan toko-toko yang berjejer di kawasan jembatan Sungai Deli itu.

“Sudah hampir 3 tahun di sini, mau sewa rumah tidak ada uang. Mau cari kerja tidak ada yang menerima. Sementara kondisi keuangan kami sangat susah,” akunya.

Jadi, katanya, di situlah pilihannya untuk berteduh. Di kolong ini, lanjutnya, terdapat pula kasur yang diperoleh dari kasur bekas yang dibuang masyarakat ke Sungai Deli.

Di situ pula dia memasak makanan maupun air dengan menggunakan kayu bakar. Dan sejak menempati kolong jembatan itu, dia mengaku tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tutur Anita, ia dan keluarganya itu mencari barang bekas dan terkadang harus mengemis terpaksa dilakoni.

 

Eks pengungsi tsunami Aceh bernama Anita yang tinggal di kolong jembatan Jalan Guru Patimpus, Medan Barat, saat berbincang dengan wartawan.

 

“Kadang dapat Rp.40 ribu sehari, buat makan satu hari. Kalau mau makan lagi kami cari uang lagi,” ungkapnya.

Anita juga mengakui jika mereka bukanlah warga Kota Medan, melainkan warga Sigli, Aceh, yang merupakan sisa pengungsi korban bencana tsunami yang beberapa tahun lalu melanda Aceh.

Awalnya, sambung Anita, mereka ditampung oleh saudaranya di Kota Medan, namun belakangan mereka harus mencari tempat sendiri dan akhirnya ditengah ketidakmampuan ekonomi, mereka terpaksa tinggal berpindah-pindah.

“Di sini yang tinggal abang, kakak dan suaminya beserta tiga anaknya dimana seorang diantaranya baru berusia 2 bulan,” akunya lagi.

Menjalani hidup sehari-hari, mereka juga terpaksa memanfaatkan aliran Sungai Deli untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK).

“Keinginan untuk pindah dari sini ya ada, tapi niat itu terpaksa harus diurungkan karena tidak ada uang untuk menyewa rumah,” pungkasnya. ()

Iklan RS Efarina