Peresmian monumen Raja Siantar Sang Naualuh Damanik ini menjadi momentum bagi pemerintah kota dan elemen terkait, untuk mengusulkan Raja Sang Naualuh Damanik sebagai Pahlawan Nasional.
Pematangsiantar|Simantab – Megah. Kata itu layak disematkan untuk monumen Raja Siantar, Sang Naualuh Damanik. Monumen Raja ke-14 Kerajaan Siantar itu, diresmikan Sabtu (26/04/2025), di titik nol Jalan Sang Naualuh Damanik tepat di depan Ramayana Kota Pematangsiantar.
Acara peresmian itu dihadiri sekira 2.000 masyarakat yang antusias menyaksikan peresmian ikon baru Kota itu.
Dalam momen bersejarah ini, ahli waris dan praktisi sejarah yang hadir menyampaikan usulan agar Raja Sang Naualuh Damanik dipertimbangkan untuk dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Usulan ini disuarakan di hadapan ribuan masyarakat dan diharapkan dapat didukung oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar serta seluruh stakeholder di wilayah Siantar-Simalungun.
Ketua Panitia Peresmian Monumen, Pandapotan Damanik, menyampaikan harapannya agar peresmian monumen ini menjadi momentum bagi pemerintah kota dan elemen terkait untuk mengusulkan Raja Sang Naualuh Damanik sebagai Pahlawan Nasional.
“Melalui peresmian monumen yang bersejarah ini, kiranya pemerintah kota dan segenap elemen yang ada, bisa mengunsulkan Raja Sangnaualuh Damanik menjadi Pahlawan Nasional,” ujar Pandapotan dalam sambutannya.
Ia menuturkan, Monumen Raja Sang Naualuh Damanik ini berdiri kokoh dengan tinggi sekitar 6 meter dan berat mencapai 7 ton. Terbuat dari perunggu (bronze), monumen ini terdiri dari dasar yang kuat, pijakan patung, dan patung Raja Sang Naualuh Damanik yang gagah.
“Lokasi berdirinya monumen ini memiliki nilai sejarah tersendiri, karena dulunya merupakan tempat persinggahan penting bagi Raja Sang Naualuh Damanik sebelum masa pengasingannya oleh Kolonial Belanda,” ungkapnya.
Pandapotan Damanik menjelaskan, pembangunan monumen itu merupakan karya seni yang monumental dan membutuhkan perencanaan serta pengerjaan yang sangat detail. Penggunaan bahan perunggu dipilih untuk memastikan ketahanan monumen terhadap waktu dan cuaca.
“Selain itu, monumen ini memiliki fondasi setinggi 4 meter, menjadikannya simbol warisan budaya yang membanggakan bagi Pematangsiantar. Pendanaan pembangunan monumen ini diperoleh melalui hibah dari Pemerintah Kota Pematangsiantar,” timpalnya.
Terkait pengelolaan monumen, pelaksana pemeliharaan dari yayasan Raja Sangnaualuh Damani, Evra Sasky Damanik berharap adanya keterlibatan Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar dalam perawatan ikon baru ini. Ia mengatakan, monumen itu tidak bersifat komersial.
Lebih lanjut, Evra menjelaskan, pendirian monumen Sang Naualuh Damanik bertujuan untuk mengenang aspek perjuangan raja yang relevan bagi generasi muda Simalungun.
“Semangat Raja Sang Naualuh dalam menjaga adat dan tradisi Simalungun dari pengaruh luar diharapkan dapat menjadi teladan bagi generasi muda untuk aktif melestarikan kekayaan budaya seperti bahasa, musik, tari, upacara adat, dan kearifan lokal,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Kadisporabudpar) Pematang Siantar, Hamam Soleh menuturkan, monumen ini diharapkan menjadi ikon Kota Pematangsiantar dan memperkuat pemahaman masyarakat akan sejarah serta perjuangan Raja Sang Naualuh Damanik.
“Peresmian Monumen Raja Sang Naualuh Damanik ini diharapkan tidak hanya menjadi destinasi wisata baru, tetapi juga menjadi pengingat akan nilai-nilai sejarah dan perjuangan seorang pemimpin besar bagi masyarakat Simalungun,” katanya.
Status aset lokasi pembangunan monumen saat ini masih milik Pemerintah Kota Pematangsiantar dan tercatat dalam Kartu Inventaris Barang (KIB).
“Sesuai arahan Wali Kota, terkait pertanggungjawaban dana hibah pembangunan monumen, akan dilakukan oleh Yayasan Raja Sangnaualuh Damanik sebagai penerima hibah, yang akan mempertanggungjawabkan anggaran yang telah dialokasikan untuk pembangunan monumen dimaksud. Dan informasi mengenai kepengurusan yayasan akan disampaikan secara tertulis melalui SKPD terkait,” ujarnya.(putra purba)