Hujan intens melanda Pematangsiantar dan memicu potensi bencana. BPBD memantau 15 titik rawan longsor dan banjir, sementara BMKG mengingatkan dampaknya terhadap pertanian.
Pematangsiantar|Simantab – Hujan dengan intensitas tinggi kembali melanda Kota Pematangsiantar sejak Kamis (27/11/2025) dan menyebabkan aktivitas warga terganggu di sejumlah titik. Selain memicu kemacetan dan memperlambat mobilitas, kondisi cuaca juga meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi bencana dan dampak terhadap sektor pertanian.
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Utara, Joko Yulianto Ariantono, menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan bagian dari siklus musim hujan yang berlangsung lebih panjang. Dengan kelembapan mencapai 99 persen dan suhu berkisar 18–27°C, wilayah Pematangsiantar dan Simalungun diprediksi masih diguyur hujan hingga Jumat (28/11/2025).
“Curah hujan meningkat, terutama di wilayah sekitar Danau Toba yang secara geografis lebih rentan terhadap perubahan iklim,” ujarnya, Rabu (26/11/2025).
Menurut Joko, tingginya curah hujan memberikan dampak signifikan pada pertanian. Tanah yang terlalu lembap memicu berkembangnya penyakit tanaman. Kandungan asam pada air hujan juga dapat merusak lapisan pelindung daun, membuat tanaman kehilangan nutrisi penting.
“Setelah daun rusak, akar juga tumbuh lebih lambat. Nutrisi yang terserap sangat terbatas sehingga tanaman rentan terserang jamur dan serangga,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa risiko longsor dan banjir dapat memberikan dampak langsung kepada petani, terutama yang bekerja di daerah perbukitan atau dekat sungai. Penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas yang cocok dengan musim hujan, dan pengelolaan air dinilai menjadi langkah penting untuk meminimalkan kerugian.
Joko menegaskan bahwa peran BMKG adalah menyediakan informasi pendukung, sementara kebijakan teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab instansi terkait.
BPBD Pantau 15 Titik Rawan Longsor dan Banjir
Hujan berkepanjangan tersebut mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pematangsiantar meningkatkan status kewaspadaan. Kepala BPBD, Dedi Idris Harahap, menyebut ada 15 titik rawan yang menjadi fokus pemantauan.
“Kami mengawasi titik-titik yang berpotensi mengalami longsor dan banjir ketika curah hujan naik,” ujarnya, Kamis (27/11/2025).
Kerentanan tiap wilayah dipengaruhi kondisi geografis, mulai dari daerah bertebing, dataran rendah, hingga kawasan yang dekat Daerah Aliran Sungai. Dedi menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengurangi risiko bencana.
“Mitigasi tidak akan efektif tanpa partisipasi warga. Mereka harus menjaga lingkungannya, terutama yang tinggal di daerah rawan,” tegasnya.
Selain potensi longsor dan banjir, meningkatnya kejadian pohon tumbang juga menjadi perhatian serius BPBD. Fenomena itu kerap terjadi sejak peristiwa puting beliung pada Agustus 2024 yang merobohkan puluhan pohon di kota tersebut. Angin kencang yang menyertai hujan deras menjadi salah satu pemicunya.
Masalah drainase yang buruk serta penumpukan sampah turut memperparah potensi banjir. Dedi mengimbau warga lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penyumbatan aliran air.
“Membersihkan selokan dan tidak membuang sampah sembarangan adalah langkah sederhana namun sangat efektif,” ujarnya.
Meski musim hujan diperkirakan masih berlanjut, BPBD menegaskan pihaknya terus memantau seluruh titik rawan. Kesiapsiagaan masyarakat dinilai menjadi kunci agar aktivitas kota tetap berjalan normal di tengah cuaca ekstrem.(Putra Purba)







