
Kelangkaan BBM di Pematangsiantar memicu panic buying, warga menyerbu pedagang eceran, dan polisi memperketat pengamanan SPBU untuk mencegah keributan.
Pematangsiantar|Simantab – Kelangkaan BBM yang melanda Kota Pematangsiantar dalam beberapa hari terakhir memicu panic buying di berbagai titik. Warga yang kesulitan mendapatkan bahan bakar di SPBU memilih menyerbu pedagang eceran, termasuk di Jalan Kartini, Kelurahan Timbang Galung, Kecamatan Siantar Barat.
Pada Selasa (2/12/2025) malam, trotoar di kawasan itu dipadati warga yang mengantre dengan botol plastik sambil menunggu giliran diisi pertalite atau pertamax. Suasana gelap dan padat membuat antrean semakin kacau, namun warga tetap bertahan demi memperoleh satu hingga dua liter BBM.
Kusno, pedagang eceran yang telah lama berjualan di lokasi tersebut, mengaku kewalahan melayani pembeli. Ia menuturkan bahwa stok BBM dari SPBU sulit didapatkan sehingga ia harus mengantre hampir dua jam hanya untuk mengisi lima jeriken.
“Yang datang sudah keliling kota dan tidak dapat BBM. Permintaan naik drastis, harga pun terpaksa ikut naik karena barang susah,” ucapnya.
Menurut Kusno, pedagang eceran menjadi alternatif bagi warga yang tidak sempat antre panjang di SPBU. Banyak pengendara motor yang terpaksa membeli BBM eceran untuk keperluan mendesak, meski harganya lebih tinggi.
Di sisi lain, situasi di SPBU juga tidak jauh berbeda. Antrean panjang terjadi di beberapa titik, sementara sejumlah SPBU kehabisan stok. Kondisi ini membuat masyarakat semakin cemas sehingga memilih membeli dalam jumlah kecil untuk memastikan kendaraan tetap dapat digunakan.
Aparat kepolisian turut mencatat peningkatan kerawanan di SPBU. Polres Pematangsiantar bersama jajaran Polsek melakukan monitoring dan pengamanan untuk mencegah keributan. Pengamanan dilakukan di SPBU di Jalan Medan Km 4, Sisingamangaraja, Jalan Parapat Km 7, DI Panjaitan, Sangnawaluh, SM Raja, Rakutta Sembiring, hingga Melanthon Siregar.
Dari hasil pengecekan, beberapa SPBU diketahui kosong pasokan. SPBU Melanthon Siregar tidak memiliki biosolar, sementara SPBU DI Panjaitan, Rakutta Sembiring, dan Jalan Parapat Km 7 kehabisan pertalite dan biosolar. Kondisi ini memperparah antrean di titik lain yang masih memiliki stok.
Polisi menegaskan bahwa pengamanan dilakukan untuk meredam kepanikan dan mencegah adanya pihak-pihak yang memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan berlebihan.
Sementara itu, Ombudsman RI Perwakilan Sumut menilai kelangkaan BBM menunjukkan lemahnya antisipasi distribusi Pertamina Sumbagut. Kepala perwakilan, Herdensi Adnin, menilai bahwa kelangkaan harusnya dapat dicegah sejak BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi bencana di wilayah Sumatera Utara.
Ia menyoroti pernyataan pejabat Pertamina yang menyebut stok BBM mencukupi, namun faktanya banyak SPBU justru mengumumkan kekosongan. Menurutnya, hal ini menandakan adanya persoalan manajemen distribusi yang perlu dievaluasi.
Ia juga mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap pembelian dalam jumlah besar oleh pihak tertentu. Menurutnya, pemerintah daerah dan aparat harus memastikan distribusi berlangsung adil agar masyarakat tidak semakin panik.
Hingga Rabu malam, antrean pedagang eceran di Jalan Kartini belum mereda. Warga memilih bertahan meski situasi terus memanas. Panic buying yang terjadi menunjukkan bahwa kelangkaan BBM tidak hanya berdampak pada mobilitas, tetapi juga menekan ekonomi kecil dan meningkatkan ketegangan sosial di kota.(Putra Purba)






