Paus Leo XIV, lebih dari sekadar simbol baru bagi Gereja Katolik. Paus Leo XIV memikul tanggung jawab besar yang tak cukup diselesaikan hanya dengan gebrakan moral.
Jakarta|Simantab – Sambutan pertama Robert Francis Prevost usai terpilih menjadi Paus Leo XIV, kata Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, seperti cara Yesus menyapa muridnya pasca kebangkitanNya.
Sapaan Paus Leo XIV itu, kata Antonius, merupakan kata-kata pertama Yesus saat pertama kali menemui para muridnya setelah bangkit dari wafat.
Para murid saat itu down, merasa dunia seakan-akan kacau semua karena Yesus wafat, dengan ucapan itu memberikan mereka harapan.
Paus Leo XIV, lebih dari sekadar simbol baru bagi Gereja Katolik. Paus Leo XIV memikul tanggung jawab besar yang tak cukup diselesaikan hanya dengan gebrakan moral.
Mgr Antonius Subianto menilai, Paus Leo XIV adalah figur kembaran spiritual dari Paus Fransiskus, sebab ia juga hidup sederhana, penuh belas kasih, dan dekat dengan umat kecil. Tapi, ada satu hal yang membedakan, yakni Leo XIV membawa semangat sosial ala Paus Leo XIII, pendahulunya yang terkenal dengan ensiklik Rerum Novarum.
Ensiklik Rerum Novarum yang diterbitkan pada 15 Mei 1891 itu, kata Mgr. Bunjamin, digunakan Gereja Katolik sebagai dasar untuk ajaran-ajaran sosial.
“Seakan-seakan situasi 1891 itu sama dengan dialami saat ini, dengan kompleksitas lebih rumit. Maka hal ini tidak hanya diatasi dengan gebrakan moral. Tapi dengan pendekatan spiritual, kasih, dan belarasa. Maka Paus pertama tampil mengatakan, ‘Damai Sejahtera Bagi Kalian Semua’,” demikian pendapat Mgr Bunjamin dalam konferensi pers, Sabtu (10/5/2025).
“Seakan-akan mengajak juga bagi kita, dalam situasi seperti saat ini, kalau orang bilang, orang krisis moral, krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial. Mari kita tetap berharap, mari tetap berjuang. Maka beliau berkata, mari bangun jembatan, mari berjalan bersama kembali,” ucap Mgr Bunjamin.
Paus Leo XIV, sebutnya, juga mengajak semua Kardinal dan Gereja, dan semua orang untuk berjalan dan bekerja bersama.
“Ini bukan hanya soal melanjutkan gaya pastoral Paus Fransiskus. Paus Leo XIV datang dengan keberanian khas Leo XIII, mengangkat isu sosial, ekonomi, hingga keadilan global,” ujar Mgr Bunjami.(*)