Langkah ini merupakan instruksi langsung dari Wali Kota Wesly Silalahi, dan menjadi bagian dari alokasi efisiensi anggaran APBD 2025 senilai Rp22,7 miliar.
Pematangsiantar|Simantab – Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar kembali menaruh harapan besar pada Terminal Tipe A Tanjung Pinggir. Melalui anggaran lintas dinas sebesar Rp850 juta, Pemko menargetkan infrastruktur pendukung rampung pada September 2025, demi menghidupkan denyut ekonomi di kawasan yang lama mati suri ini.
Kepala BPKPD Pematangsiantar, Arri S Sembiring, menegaskan bahwa langkah ini merupakan instruksi langsung dari Wali Kota Wesly Silalahi, dan menjadi bagian dari alokasi efisiensi anggaran APBD 2025 senilai Rp22,7 miliar.
“Kami ingin terminal ini difungsikan kembali. Perbaikan akses jalan dan penerangan menjadi prioritas utama,” kata Arri, Jumat (4/7/2025).
Rincian Anggaran:
- Rp500 juta – Dinas PKP untuk pengadaan dan pemasangan lampu jalan.
- Rp200 juta – Dinas Perhubungan untuk perlengkapan jalan menuju terminal.
- Rp150 juta – Dinas PUTR untuk kajian pelebaran Jalan AMD dan penanganan genangan air.
Pemko berharap proyek ini akan selesai sebelum akhir tahun, untuk mengantisipasi lonjakan aktivitas pada musim liburan.
“Pembangunan ini sebagai action plan agar Terminal Tanjung Pinggir bisa beroperasi optimal pada akhir 2025,” tegas Arri.
Harapan yang Tak Kunjung Nyata
Namun, di balik optimisme itu, kawasan Tanjung Pinggir menyimpan sejarah panjang rencana gagal. Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Simalungun, Elida Wati Purba, wacana pengembangan kawasan ini telah bergulir sejak era Wali Kota Marim Purba dua dekade lalu.
Saat itu, Pemko mengusulkan agar PTPN melepaskan 573 hektare lahan untuk pembangunan kawasan industri dan bahkan pernah muncul gagasan pembangunan Universitas Siantar.
“Namun, hingga kini belum ada yang benar-benar terealisasi,” kata Elida.
Ia menyebut akar masalahnya adalah status lahan yang belum tuntas dan kelambanan birokrasi, membuat investor enggan masuk. Kondisi diperparah dengan keberadaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah, yang menciptakan gunungan limbah dan mengganggu permukiman.
“Meskipun sudah ada alat pengolah, tumpukan sampah masih jadi masalah visual dan lingkungan,” tambahnya.
Optimisme Terukur atau Sekadar Ilusi?
Elida menilai, optimalisasi terminal bisa menjadi titik balik kebangkitan kawasan Tanjung Pinggir, asalkan dirancang terintegrasi. Penempatan pasar di sekitar terminal, kata dia, bisa mendongkrak distribusi barang dan aktivitas ekonomi lokal.
“Dana Rp850 juta ini bisa jadi titik awal. Tapi kalau akar masalah seperti sengketa lahan dan pengelolaan sampah tidak dituntaskan, harapan ini bisa kembali kandas,” ujarnya.
Sentuhan Permukiman: Perbaikan Masih Bertahap
Kepala Dinas PKP Pematangsiantar, Christina Risfani Sidauruk, memaparkan bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah upaya perbaikan permukiman:
- Pembangunan jalan setapak di lokasi yang sebelumnya tak terjangkau.
- Program bedah rumah bagi warga tak mampu.
- Pembuatan septic tank untuk rumah yang membuang limbah langsung ke parit.
“Perbaikan dilakukan bertahap, sesuai kemampuan anggaran. Tapi setiap tahun selalu ada kemajuan,” tegas Risfani.
Data dan Potensi Tanjung Pinggir
Berdasarkan data BPS 2023, Kelurahan Tanjung Pinggir memiliki luas 504,5 hektare, dengan jumlah penduduk 7.133 jiwa. Lokasinya strategis sebagai gerbang masuk Pematangsiantar dari arah selatan, namun selama ini justru terabaikan.
Kini, dengan geliat pembangunan baru dan perhatian anggaran, warga kembali menaruh harapan. Namun, pertanyaan besarnya: akankah Tanjung Pinggir benar-benar bangkit, atau kembali terjebak dalam pusaran wacana yang berulang?