Siantar – Istilah panglima talam menyeruak dalam rapat DPRD Siantar-Walikota Susanti Dewayani, Senin (5/9) lalu. Keberadaan sosoknya disebut bisa merusak pemerintahan Susanti, dan hanya membikin kekacauan. Atas segala keprihatinan itu, Walikota pun diminta tak memperdulikan sosok ini.
Peran panglima talam yang selama ini ikut campur dalam kebijakan Walikota dilontarkan Pimpinan DPRD Mangatas Silalahi dalam rapat dengar pendapat atau RDP dengan Walikota yang berlangsung pada Senin (5/9/2022). Rapat membahas pembangunan GOR dan perpanjangan direksi Perumda Tirta Uli.
Politisi Golkar itu berujar, banyak kebijakan di luar aturan yang telah dikeluarkan Walikota di masa seumur jagung kepemimpinannya. Hal itu karena Susanti masih mendengarkan bisikan dari panglima talam.
Padahal, sepengetahuannya Walikota hanya perlu meyakini hati nurani serta menjalankan amanah sesuai peraturan yang ada untuk mengambil suatu keputusan.
“Tapi karena ada, mohon maaf saya harus sampaikan ini, karena ada panglima talam maka beginilah yang terjadi. Inilah yang terjadi (kebijakan luar aturan), harusnya sudah di jalan yang benar, (tapi) ini sudah menyimpang,” kata Mangatas dalam yang turut dihadiri pimpinan OPD, dewan pengawas-direksi Perumda Tirtauli.
Sejumlah kebijakan yang menyimpang itu diurai Mangatas Silalahi satu persatu. Wakil ketua DPRD semula menyindir Susanti yang mengundang Kapolres, Kajari dan Dandim, mengikuti RDP dengan dewan yang justru tak ada kaitannya dengan pembahasan rapat.
Lalu sekelumit persoalan penempatan dan pelantikan pejabat eselon III dan IV Pemko Pematang Siantar, belum lama ini. Walikota menurutnya masih memakai pola-pola mirip aturan Pilkada meski saat ini menjabat sebagai Walikota.
Kemudian soal pengangkatan jajaran direksi Perumda Tirta Uli, termasuk diantaranya perpanjangan jabatan Direktur Utama Zulkifli Lubis menurutnya tak perlu menjadi persoalan karena penilaiannya Perumda sehat ditangan Zulkifli.
Mangatas mengaku kasihan dengan Walikota Susanti apabila panglima talam masih terus mencampuri kebijakannya. Dia menyarankan Susanti cukup berkoordinasi dengan pimpinan diatasnya seperti gubernur atau Kemendagri, apabila bingung mengambil kebijakan.
“Karena banyak ini panglima talam yang bersliweran yang hanya tinggal duduk saja. Ini enggak boleh dibiarkan, (bisa) hancur Siantar ini,” tandasnya.
Kemudian mengenai kursi direktur umum Perumda Tirta Uli yang masih kosong ia menyarankan Walikota agar diisi orang dari luar lingkaran Susanti.
Sosok Panglima Talam
Berbagai sumber menyebutkan panglima talam diartikan sebagai orang-orang yang ada di sekitar raja namun dengan konotasi negatif. Panglima talam rupanya tak hanya dicap sebagai orang yang bersifat buruk, tapi juga merugikan sang raja itu sendiri. Sebab dengan sikapnya itu justru raja bisa ikut malu karena tak tahu menahu hal yang sebenarnya di lapangan.
Dr Chazali H Situmorang lewat tulisannya menyebutkan, Panglima Talam merupakan sebutan dari istilah Melayu untuk orang para pengawal raja yang merasa sebagai panglima dan saat-saat tertentu dapat berlaku seperti raja.
Lewat tulisannya mantan Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) 2011-2015, itu menyebut Panglima Talam digambarkan sebagai seorang yang membawa talam besar. Talam itu berisi apa yang disukai raja, artinya orang yang suka menyenangkan raja secara berlebihan.
Nah, siapa dia?