Atas perbuatannya, perwira itu diduga melanggar Pasal 132 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer, yang mengatur bahwa anggota militer yang sengaja mengizinkan bawahannya melakukan kekerasan juga dapat dikenai sanksi pidana.
Jakarta|Simantab – Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana memastikan bahwa perwira yang diduga terlibat dalam kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo merupakan Komandan Pleton di satuan tempat korban bertugas, yakni Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
“Iya, Danton, Letnan Dua,” ujar Wahyu di Jakarta, Selasa, 12 Agustus 2025. Sebelumnya, Wahyu mengungkapkan bahwa perwira tersebut diduga dengan sengaja memberi kesempatan kepada bawahannya untuk melakukan kekerasan.
Atas perbuatannya, perwira itu diduga melanggar Pasal 132 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer, yang mengatur bahwa anggota militer yang sengaja mengizinkan bawahannya melakukan kekerasan juga dapat dikenai sanksi pidana. Pasal ini menjadi salah satu dari lima pasal yang disiapkan penyidik untuk menjerat para tersangka. Penerapan pasal akan ditentukan setelah pemeriksaan lanjutan selesai.
Wahyu menjelaskan, jumlah tersangka dalam kasus ini cukup banyak karena aksi kekerasan tidak hanya terjadi satu kali, melainkan berulang dalam beberapa waktu, melibatkan banyak personel, termasuk korban.
“Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh agar langkah hukum diambil kepada pihak yang tepat, sehingga pertanggungjawaban bisa ditegakkan. Evaluasi dan perbaikan juga bisa dilaksanakan untuk ke depannya,” kata Wahyu.
Ia meminta waktu kepada masyarakat dan media untuk menuntaskan pemeriksaan, agar peran masing-masing tersangka dapat diungkap secara tepat. Setelah proses pemeriksaan selesai, penyidik akan menggelar perkara sebelum melimpahkan berkas ke oditur militer untuk disidangkan di pengadilan militer.
TNI AD, tegas Wahyu, berkomitmen menindak tegas setiap bentuk pembinaan yang melanggar kaidah, apalagi sampai menyebabkan kematian prajurit.
“Pimpinan TNI Angkatan Darat tidak pernah mentolerir pembinaan yang di luar kaidah dan tidak bermanfaat bagi operasional prajurit, apalagi yang menimbulkan korban jiwa,” ujarnya.
Kasus ini, lanjutnya, akan menjadi bahan evaluasi bagi seluruh satuan operasional TNI AD agar tradisi pembinaan prajurit dilaksanakan dengan benar dan mendukung keberhasilan tugas.
Sebelumnya, Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto menyampaikan bahwa sebanyak 20 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang menyebabkan Prada Lucky meninggal dunia.
Prada Lucky diduga tewas akibat dianiaya seniornya saat bertugas di Batalion Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT.
“Sudah 20 orang ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan,” kata Piek di Kupang, Senin, 11 Agustus 2025, seperti dikutip dari Antara. Pernyataan itu ia sampaikan saat berkunjung ke rumah orang tua Prada Lucky di Asrama Tentara Kuanino, Kota Kupang.
Dari 20 tersangka tersebut, salah satunya adalah seorang perwira yang diduga terlibat langsung dalam penganiayaan hingga menyebabkan kematian Prada Lucky. Proses pemeriksaan masih berlangsung dan melibatkan Detasemen Polisi Militer (Denpom) bersama Kodam IX/Udayana.(*)