Pemerintah Kabupaten Simalungun meningkatkan kewaspadaan menghadapi cuaca ekstrem berdasarkan peringatan BMKG, sementara DPRD menyoroti minimnya langkah teknis pada titik rawan banjir.
Simalungun|Simantab – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simalungun mengeluarkan surat edaran kewaspadaan bencana hidrometeorologi setelah BMKG menetapkan peringatan potensi cuaca ekstrem di Sumatera Utara pada 22–27 November 2025. Cuaca ekstrem tersebut meliputi hujan sangat lebat, angin kencang, petir, banjir, longsor, dan gelombang tinggi di pesisir barat.
Melalui edaran bernomor 300.2.3/1/2025, BPBD meminta seluruh camat, lurah, kepala desa, pelaku usaha, sekolah, puskesmas, dan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah sekitar sungai, lereng perbukitan, dan titik-titik rawan banjir.
Kepala Pelaksana BPBD Simalungun, Resman H. Saragih, mengatakan kewaspadaan penting karena dinamika cuaca sangat cepat berubah.
“BMKG memberikan peringatan bahwa pertumbuhan awan hujan di Sumatera Utara sangat tinggi, termasuk di Simalungun. Kami mengimbau masyarakat tetap tenang tetapi siaga, terutama saat hujan lebat berkepanjangan,” ujarnya pada Selasa (26/11/2025).
Menurut Resman, warga yang bermukim di bantaran sungai dan daerah rawan genangan harus meningkatkan perhatian. Pemerintah kecamatan, kelurahan, dan nagori juga diminta memperketat pengawasan lingkungan, memastikan saluran air tidak tersumbat, serta mempersiapkan langkah mitigasi sejak dini. Puskesmas pun diminta menambah kesiapan logistik, sedangkan sekolah di wilayah rawan bencana diimbau meningkatkan kewaspadaan.
BPBD bersama perangkat nagori dan kelurahan juga menggerakkan warga untuk membersihkan saluran air guna mencegah penyumbatan ketika debit air meningkat.
BMKG Jelaskan Pemicu Cuaca Ekstrem
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Utara, Joko Yulianto Ariantono, menjelaskan bahwa sistem tekanan rendah (95B) di sekitar Selat Malaka memicu pertemuan dan belokan angin signifikan di Sumut. Kondisi ini memperkuat pembentukan awan Cumulonimbus (CB) yang berpotensi menyebabkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Kelembapan udara di wilayah Sumut, termasuk Simalungun, juga berada pada level sangat tinggi sehingga atmosfer lebih basah dan mendukung hujan berintensitas tinggi. Beberapa daerah yang berpotensi terdampak antara lain Deli Serdang, Karo, Simalungun, Samosir, Langkat, dan Tebing Tinggi.
Joko menegaskan BMKG berperan dalam pemantauan dan analisis atmosfer, namun tidak memiliki kewenangan menilai dampak spesifik terhadap sektor pertanian. Informasi iklim dari BMKG menjadi dasar bagi dinas teknis seperti Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan untuk menyusun langkah mitigasi.
DPRD Kritik Minimnya Aksi di Titik Rawan Banjir
Di sisi lain, Anggota Komisi IV DPRD Simalungun, Johannes Sipayung, menilai Pemkab belum menunjukkan langkah konkret selain mengeluarkan imbauan.
“Setiap tahun persoalannya sama: banjir, saluran tersumbat, dan lambatnya penanganan. Pemerintah kembali hanya mengeluarkan imbauan tanpa aksi nyata di lapangan,” tegasnya pada Rabu (26/11/2025).
Ia menyebut sejumlah wilayah yang berulang kali terendam namun belum ditangani serius, seperti Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tanah Jawa, Parapat, dan Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Menurutnya, daerah-daerah tersebut membutuhkan pengerukan drainase, normalisasi sungai, dan kesiapan alat berat jika terjadi longsor.
“Jika pemerintah tidak menyiapkan langkah teknis, masyarakat akan terus menjadi korban. Kita butuh mitigasi, bukan sekadar surat edaran,” ujarnya.
BPBD Minta Warga Tetap Siaga
BPBD kembali mengingatkan masyarakat agar memantau informasi resmi dari BMKG dan pemerintah daerah.
“Kami berharap kerja sama semua pihak. Mitigasi bencana bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat,” ujar Resman.
Pemkab Simalungun memastikan koordinasi kesiapsiagaan akan terus ditingkatkan bersama kecamatan, kelurahan, puskesmas, dan lembaga terkait.(Putra Purba)







