Selama ini Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara. Namun ketidakpastian politik yang disertai kekerasan berpotensi mengikis daya tarik tersebut.
Pematangsiantar|Simantab – Gelombang demonstrasi yang meluas di berbagai kota di Indonesia sejak akhir Agustus 2025 kini mulai menimbulkan dampak serius pada perekonomian nasional. Protes yang berawal dari penolakan terhadap tunjangan besar anggota DPR berkembang menjadi aksi massa yang diwarnai kerusuhan, kerugian material, hingga jatuhnya korban jiwa.
Di tengah situasi ini, pasar keuangan menjadi salah satu sektor pertama yang merasakan imbas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat anjlok hingga 3 persen pada awal pekan, sementara nilai tukar rupiah tertekan akibat meningkatnya permintaan dolar. Kondisi ini juga mendorong kenaikan imbal hasil obligasi negara, yang berarti biaya utang pemerintah berpotensi bertambah.
Sejumlah pelaku usaha lokal di Pematangsiantar dan Simalungun ikut mengaku khawatir. Mereka menilai ketidakstabilan politik akan berimbas pada daya beli masyarakat. “Kalau harga bahan pokok naik karena distribusi terganggu, pedagang kecil pasti kena imbas duluan,” ujar Saut, pedagang di Pasar Dwikora Pematangsiantar.
Pariwisata dan UMKM Tertekan
Selain pasar keuangan, sektor perdagangan dan pariwisata juga mulai terhantam. Beberapa negara, termasuk Inggris, telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke Indonesia. Bali dan sejumlah destinasi wisata lain diprediksi mengalami penurunan kunjungan turis asing.
Bagi pelaku UMKM, situasi ini semakin menekan. Pasar tradisional di berbagai kota mengalami penurunan jumlah pengunjung sejak demonstrasi marak. Pedagang kecil khawatir jika situasi berlarut, mereka akan kehilangan sumber pendapatan utama.
“Setiap kali ada demo besar, biasanya pembeli lebih sedikit datang. Mereka takut macet atau kerusuhan di jalan. Kalau berlarut, kami bisa tekor,” ungkap Nurhayati, pedagang kain di Pasar Horas.
Rantai Pasok dan Harga Pangan
Demonstrasi juga berpotensi mengganggu rantai pasok, terutama distribusi pangan dan energi. Penutupan jalan dan kerusuhan di sejumlah daerah menghambat arus barang. Kondisi ini dapat mendorong kenaikan harga kebutuhan pokok.
Seorang pengusaha sembako di Simalungun, Ardiansyah, mengaku sudah merasakan keterlambatan distribusi. “Biasanya stok beras sampai ke gudang dua hari sekali, sekarang bisa tertunda sampai empat hari. Kalau ini berlanjut, harga bisa naik,” ujarnya.
Situasi ini menjadi perhatian serius karena inflasi tinggi akan semakin membebani masyarakat kecil.
Kepercayaan Investor Menurun
Gelombang protes dan kerusuhan juga menurunkan kepercayaan investor. Selama ini Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara. Namun ketidakpastian politik yang disertai kekerasan berpotensi mengikis daya tarik tersebut.
Pengamat ekonomi lokal, Roni Sitohang, menilai stabilitas politik adalah faktor kunci. “Investor tidak hanya melihat potensi ekonomi, tapi juga keamanan. Jika situasi ini terus berlanjut, investor bisa menahan modalnya, bahkan memindahkan ke negara lain,” jelasnya.
Respons Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah meredam gejolak dengan membatalkan tunjangan VIP DPR, menghentikan perjalanan dinas luar negeri anggota DPR, serta memerintahkan penyelidikan terhadap insiden kekerasan, termasuk kematian seorang pengemudi ojek online yang tertabrak kendaraan polisi saat mengikuti aksi.
Bank Indonesia juga turun tangan dengan intervensi di pasar keuangan untuk menjaga stabilitas rupiah. Pemerintah menyiapkan paket stimulus ekonomi demi menenangkan pasar. Namun sejumlah kalangan menilai langkah ini hanya bersifat sementara jika akar persoalan, yakni ketidakpuasan publik, tidak segera diatasi.
Masa Depan Masih Tidak Pasti
Meski sebagian kelompok mahasiswa memilih menunda aksi karena alasan keamanan, demonstrasi tetap berlangsung di sejumlah kota besar. Kerusuhan telah merambah Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Makassar, hingga wilayah Sumatra.
Bagi masyarakat di daerah, situasi ini menimbulkan rasa waswas. Mereka berharap pemerintah segera menstabilkan keadaan agar ekonomi tidak makin terpuruk.
“Kalau situasi kacau, kami yang paling menderita. Ekonomi rakyat kecil pasti tertekan,” kata Hotman, sopir angkot di Pematangsiantar.
Gelombang demonstrasi yang awalnya dipicu oleh kebijakan DPR kini berkembang menjadi krisis nasional. Dampaknya terhadap ekonomi semakin terasa dan bisa memburuk jika kondisi tidak segera reda.(redaksi)