Beberapa warga mulai mempertimbangkan untuk mengevakuasi anak-anak mereka karena trauma dan rasa tidak aman yang terus menghantui.
Jepang|Simantab – Jepang kembali dikejutkan oleh aktivitas seismik yang ekstrem. Dalam waktu hanya sepekan, wilayah Kepulauan Tokara di selatan Jepang diguncang lebih dari 1.000 kali gempa bumi, membuat warga setempat hidup dalam kecemasan dan kelelahan.
Sejak 21 Juni 2025, lonjakan aktivitas gempa tercatat di kawasan perairan sekitar Tokara. Badan Meteorologi Jepang bahkan menggelar konferensi pers darurat setelah gempa bermagnitudo 5,5 mengguncang kawasan tersebut, Rabu (02/07/2025).
“Sejak 21 Juni, aktivitas gempa di laut sekitar Kepulauan Tokara sangat aktif,” ujar Ayataka Ebita, Direktur Divisi Pengamatan Gempa dan Tsunami, dikutip dari Global News, Jumat (04/07/2025).
Ebita menyebut hingga Rabu sore, jumlah gempa telah melampaui 900 kejadian, dan keesokan harinya mencapai angka 1.000. Ia mengimbau warga untuk selalu waspada dan siap mengungsi apabila terjadi gempa yang lebih besar.
Akibat situasi ini, sebanyak 89 warga dari sebuah pulau kecil di kawasan selatan telah dievakuasi. Tokara memang terletak di salah satu zona seismik paling aktif di dunia, yang merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik—daerah pertemuan berbagai lempeng tektonik yang menyebabkan Jepang dilanda sekitar 1.500 gempa setiap tahun.
Namun, intensitas dan lamanya rentetan gempa kali ini sangat menguras fisik dan mental warga.
“Tanah seolah tak pernah berhenti berguncang,” ucap seorang warga kepada stasiun televisi lokal MBC.
“Kami bahkan takut untuk tidur.
Beberapa warga mulai mempertimbangkan untuk mengevakuasi anak-anak mereka karena trauma dan rasa tidak aman yang terus menghantui.
Di sejumlah pulau kecil, keterbatasan fasilitas kesehatan menjadi masalah serius. Satu-satunya akses ke layanan medis hanya bisa dilakukan melalui perjalanan laut selama enam jam menggunakan feri.
Media Diminta Jaga Etika, Wawancara Dibatasi
Pemerintah Desa Toshima secara resmi meminta media untuk tidak melakukan wawancara berlebihan terhadap penduduk yang tengah berada dalam tekanan psikologis.
“Kami mohon pengertian agar tidak mengajukan pertanyaan atau wawancara secara berlebihan,” tulis pernyataan resmi di laman desa.
Beberapa penginapan juga telah ditutup untuk umum dan difungsikan sebagai lokasi pengungsian darurat.
Di Pulau Akuseki, Ketua Asosiasi Masyarakat, Isamu Sakamoto, menyampaikan bahwa warga telah menyepakati skenario darurat: jika terjadi gempa berkekuatan magnitudo 5 atau lebih, mereka akan segera mengungsi ke sekolah terdekat.
Ancaman Lebih Besar Mengintai?
Kepanikan warga semakin diperburuk oleh prediksi pemerintah Jepang pada awal tahun ini. Panel ahli memperkirakan potensi terjadinya gempa besar di Palung Nankai dalam 30 tahun ke depan mencapai 75–82 persen.
Jika gempa besar itu terjadi disertai tsunami, potensi korban jiwa bisa mencapai hampir 300.000 orang.
Dalam laporan terbarunya, pemerintah Jepang mengakui bahwa kesiapsiagaan nasional masih belum optimal dalam menghadapi skenario bencana sebesar itu.(*)