Pengamat pendidikan, Muhammad Rizal Hasibuan, menilai penerapan kembali lima hari sekolah tidak bisa disamaratakan.
Simalungun|Simantab – Program lima hari sekolah kembali diwacanakan di Kabupaten Simalungun. Kebijakan yang pernah diterapkan di masa lalu ini kini didorong lagi oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Dinas Pendidikan, sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diinisiasi Gubernur Bobby Nasution melalui surat bernomor 400.3/6055/2025.
Sekretaris Dinas Pendidikan Simalungun, Janulingga Damanik, mengatakan sosialisasi telah dilakukan kepada seluruh kepala sekolah.
Program ini bertujuan mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar sekaligus memberi waktu lebih bagi siswa untuk pengembangan diri dan berkumpul bersama keluarga.
“Kami sudah menyampaikan program ini kepada seluruh kepala sekolah untuk disosialisasikan,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Dinas Pendidikan juga melibatkan orang tua atau wali murid melalui pembagian kuesioner untuk mengetahui tanggapan mereka. Pendekatan ini diharapkan dapat meminimalkan penolakan dan memastikan program berjalan efektif.
Bukan Hal Baru, Tapi Perlu Persiapan Matang
Janulingga optimis program ini akan diterima masyarakat. Menurutnya, keberhasilan penerapan sebelumnya menjadi modal keyakinan, namun kali ini persiapan harus lebih matang.
Penyesuaian kurikulum, kesiapan tenaga pengajar, dan sarana prasarana menjadi hal penting yang harus dipastikan. Lima hari sekolah berarti jam belajar lebih panjang setiap harinya, sehingga siswa dan guru perlu beradaptasi.
“Tanpa persiapan yang baik, program ini justru bisa memicu kelelahan dan menurunkan kualitas pembelajaran,” ujarnya.
Tak Bisa Disamaratakan
Pengamat pendidikan, Muhammad Rizal Hasibuan, menilai penerapan kembali lima hari sekolah tidak bisa disamaratakan.
“Simalungun memiliki karakter wilayah yang berbeda-beda. Sekolah di perkotaan mungkin siap, tapi bagaimana dengan sekolah di daerah terpencil yang minim fasilitas?” katanya.
Ia menekankan keberhasilan program ini bergantung pada kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia.
“Jika jam belajar diperpanjang, apakah ruang kelas, fasilitas olahraga, dan sanitasi sudah memadai? Apakah guru sudah dibekali pelatihan untuk mengelola kelas dengan jam lebih panjang?” tambahnya.
Rizal juga menyoroti potensi dampak ekonomi bagi keluarga, terutama di wilayah yang anak-anaknya membantu di ladang atau perkebunan.
“Banyak orang tua bergantung pada bantuan anak sepulang sekolah. Perpanjangan jam belajar bisa mengganggu ritme keluarga dan menambah beban,” jelasnya.
Ia menyarankan pemerintah melakukan kajian mendalam terkait dampak sosial, ekonomi, dan geografis sebelum memutuskan.
Dukung Visi Pendidikan Sumut
Lima hari sekolah di Simalungun merupakan bagian dari upaya membentuk ekosistem pendidikan yang holistik, di mana siswa punya ruang untuk mengembangkan minat dan bakat di luar akademik.
Dinas Pendidikan Simalungun masih menunggu hasil rekapitulasi data dari tiap kecamatan sebagai bahan pertimbangan.
“Jika semua pihak dapat bersinergi, lima hari sekolah bisa menjadi langkah nyata untuk meningkatkan mutu pendidikan di Simalungun,” kata Janulingga.(putra purba)