Janji dan Janji adalah makanan empuk setiap konstalasi. Janji untuk mensejahterakan dan menomor satukan rakyat selalu menghiasi telinga kita sebagai pemilih. Dahlan Iskan pernah berkata:
“Tugasnya politisi adalah berjanji, terlepas dari janji itu masuk akal atau tidak”.
Hinca IP Panjaitan dalam Rapat Kerja dengan Kapolri di Gedung DPR RI Senayan, berteriak dan menyatakan:
“Dikampung saya, Kota Pematangsiantar, setiap gang ada orang jualan narkoba”.
Begitu genting dan daruratnya persoalan narkoba ini di Kota Pematangsiantar. Selain genting, Narkoba sudah mencengkram perekonomian masyarakat Kota Pematangsiantar.
Namun itu hanyalah retorika diatas kertas. Bahkan dalam konstalasi bergengsi dan paling menentukan masa depan masyarakat yaitu Pemilihan Kepala Daerah, tidak ada (setidaknya belum) kandidat yang berteriak dan menjadikan persoalan narkoba menjadi agenda kampanyenya.
Hanyalah omong kosong para pemimpin berteriak tentang peningkatan kesejahteraan rakyat, jika narkoba telah menjangkiti sebagian besar warga.
Apakah bagi para Calon Walikota persoalan narkoba ini adalah persoalan geleng kepala sekaligus remeh temeh? Atau malah persoalan narkoba ini dekat dengan kehidupan kita semua?
Atau jangan jangan kita semua adalah pihak yang ikut menjadi centengnya bandar narkoba. Sikap apatis para politisi dan masyarakat ini menjadi sebuah catatan yang mengkhawatirkan, apalagi jika kita semua berada pada tahap takut terhadap para pemain narkoba.
Dan jujur untuk mengenal sosok Umar yang disebut sebut sebagai Bandar, seorang jurnalis dari Jakarta kebingungan. Ratusan jurnalis di Kota Pematangsiantar, tidak ada yang memiliki nomor HP sang bandar. Jangankan nomor HP, foto dari seorang umar sama dengan mencari jarum digunggukan sekam.