Sosok  

Milton Napitupulu, Pendeta ‘Jalanan’ Pengusung Moto Las Rohangku

Siantar – Lulusan dari Sekolah Tinggi Theologia (STT) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang berada di Jalan Sang Nawaluh, Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara, tak membuat Milton Napitupulu latah menjadi seorang pendeta yang melayani secara permanen di sebuah gereja.

Pilihan jalan hidup pria kelahiran Pematangsiantar pada 1965 lalu, itu terbilang asing bagi sebagian orang pasca lulus dari STT HKBP atau lazim disebut sekolah pendeta.

Milton, yang selalu dengan penampilan kasual, kerap mengenakan kaus dan celana jeans belel, serta sepatu sporty, justru memutuskan berkecimpung di ‘luar’ gereja. 

Pemilik bangku di SD Negeri Nomor 122361 (1977), SMP Negeri 7 Pematangsiantar (1981), SMA Perguruan Advent Jakarta (1985), STT HKBP dengan gelar Sarjana Theologia (1992) dan Sarjana Agama (SAg), itu malah terjun ke dunia pergerakan.

Semenjak 2010 saya memomulerkan Milton Ministry, yakni pelayanan personal Milton Napitupulu. Fokus kepada generasi emas Batak

Selepas menggembleng diri di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Milton pernah terlibat dalam pergerakan buruh, anak jalanan, dan anak secara umum.

Dia merupakan salah seorang pembuat draf Undang-Undang Perlindungan Anak. Milton juga memperjuangkan Pendidikan Anda Dini Usia masuk ke regulasi nasional, melakukan pendampingan warga miskin kota, daerah bencana, dan isu-isu sosial di Indonesia.

Lebih jauh dia pernah sebagai Koordinator Bidang Pengembangan Kapasitas Lembaga di Kepengurusan Forum Kota Sehat Pematangsiantar tahun 2002, pengurus di Forum Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2003 dan sekretaris merangkap anggota Tim Seleksi Komisi Pemilihan Umum Kota Pematangsiantar tahun 2013.

Lalu, pernah menjalin kerja sama programatik dengan ragam lembaga internasional, antara lain, Unicef, Save The Children, UEM, TDH Germany, TDH Netherlands, Oxfam, Global Action dan lain-lain. 

Milton Napitupulu sering menemui dan bercengkerama dengan anak-anak di masa pandemi Covid-19. (Foto: Facebook)

Terus, dipercayakan sebagai konsultan, trainer dan evaluator untuk proyek Save The Children di Nias dan Nias Selatan (isu perlindungan anak) pada 2006-2007.

Milton juga menjadi penggagas maupun menjadi salah satu anggota yang mendirikan beberapa lembaga bidang sosial, baik di Pematangsiantar, Medan, Bandung, dan Jakarta. 

“Semenjak 2010 saya memomulerkan Milton Ministry, yakni pelayanan personal Milton Napitupulu. Fokus kepada generasi emas Batak. Bergerak pada pelayanan sosial, mental, spiritual dengan model Bincang dan Doa Berpusat kepada Yesus Kristus,” kata Milton, saat ditemui beberapa waktu lalu di Kedai Kopi Nainggolan, Jalan Gereja, Kota Pematangsiantar.

Kini Milton aktif mensosialisasikan dan mengkampanyekan gerakan yang dia sebut Las Rohangku (senang hatiku). Meski bergerak secara personal, namun misi ini berjalan dengan kekuatan kasih saat pandemi Covid-19 menyerang.

“Aktif melayani warga yang terpapar langsung dan tidak langsung. Membagi beras, masker, pakaian, makanan dan aktif memberikan motivasi,” tukasnya. Milton meyakinkan semua itu diperoleh dari sumbangan orang-orang yang peduli, hingga kemudian dia salurkan.

“Kegiatan dilakukan berbasis kepada kapasitas diri dengan menggalang partisipasi dan dukungan para pihak yang berkenan. Motonya yang penting Las Rohangku,” tandasnya.[]

Iklan RS Efarina