KORAN SIMANTAB
15 Mei 2025 | 09:51 WIB
No Result
View All Result
  • Home
  • Live TV
  • Headline
  • Nasional
    • Budaya
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Kriminal
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sejarah
    • Teknologi
  • Sumut
    • Asahan Batu Bara
    • Binjai – Langkat
    • Dairi
    • Danau Toba
    • Deli Serdang
    • Karo
    • Labuhan Batu Raya
    • Medan
    • Siantar
    • Simalungun
    • Tabagsel
  • Wisata
  • Dunia
  • Sehat
  • Kuliner
  • Olahraga
  • Adventorial
  • Login
KORAN SIMANTAB
No Result
View All Result
KORAN SIMANTAB
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • HEADLINE
  • SUMUT
  • NASIONAL
  • KESEHATAN
  • KULINER
Beranda Headline

Peringatan Hari Kartini Itu Ciptaan Belanda

Silverius Bangun Editor: Silverius Bangun
21 April 2021 | 17:33 WIB
Topik: Headline, Sosok
0

Oleh: Ichwan Azhari

Hari Kartini 21 April itu benar-benar 100 persen ciptaan Belanda, dikonstruksi dan diperingati untuk kepentingan Belanda. Jika kita baca koran-koran pada masa Belanda ramai sekali peringatan hari Kartini yang dimobilisir pemerintah Belanda, nyaris dari Sabang sampai Merauke. 

Pada 21 April 1940 di Orion Booskop Medan, berlangsung meriah peringatan hari Kartini yang diselenggarakan Komite Perajaan RA Kartini. Dalam pidato yang disampaikan Nyonya F. Dasuki yang disampaikan adalah apresiasi pada surat surat Kartini, pada imajinasi Kartini.

Kartini sebenarnya  lebih layak diposisikan sebagai pujangga (yang merenung lewat surat) ketimbang pejuang. Kalau mau mengagumi Kartini kagumilah surat-suratnya, juga tragedi hidup pribadinya bukan perjuangannya menentang kolonialisme. Anehnya dalam pelajaran sejarah di  SMA, dalam pokok bahasan tokoh-tokoh perempuan Indonesia yang menentang kolonialisme, nama Kartini dimasukkan. Tentu ini menghina Belanda yang begitu menyayangi Kartini.

Lalu  Republik Indonesia yang lepas dari jajahan Belanda tanpa bermaksud (tak sengaja) melupakan peran perempuan lain dalam sejarah bangsa lalu meng-copypaste bulat-bulat konstruksi Belanda itu. Kartini yang semula dimanipulir untuk kepentingan pencitraan Belanda itu lalu dijadikan ikon perjuangan perempuan  Indonesia. Inilah kehebatan Belanda dan Indonesia.

Saat Indonesia sudah merdeka, koran Belanda terus melakukan agitasi betapa pentingnya Kartini yang dibahas di halaman 1 koran berbahasa Belanda ini. Kartini yang tidak menentang kolonialisme, benar-benar dijadikan Belanda sebagai anak emas dalam konstruksi narasi sejarah perempuan. 

Bagi mereka yang pernah belajar sejarah dengan benar, terutama bab “politik etis Belanda” tentu bisa menelusuri  kenapa Belanda melakukan ini. Untunglah bahan untuk ini sekarang melimpah di internet, sehingga orang dengan mudah bisa melacaknya.

Padahal tiga ikon Kartini yang diciptakan itu, yakni tokoh emansipasi, penulis buku Habis Gelap Terbitlah Terang dan pendiri sekolah perempuan sama sekali tidak dilakukan Kartini. Andai Kartini hidup dia pasti menentang pencitraan yang tidak dilakukannya itu, seperti dia menentang panggilan bangsawan untuk dirinya sebagai raden yang dianggapnya berlebihan (Bacalah buku Panggil Aku Kartini Saja, Pramoedya Ananta Toer). 

Tapi seluruh bangsa yang copy paste Kartini Belanda ini melekatkan tiga citra itu ke sosok Kartini terlebih sekitar  tanggal 21 April.  Orang tak perlu mempertanyakannya lagi. Inilah yang dinamakan sejarah sudah menjadi  mitos dan mitos tidak boleh digugat, pantang atau bakal kualat jika menggugatnya. Atau paling tidak gugatan tidak berguna, tidak diperhatikan orang. 

Prof Harsya Bachtiar mungkin cendekiawan kritis Indonesia yang pertama kali menggugat kepahlawanan Kartini dalam buku “Satu Abad Kartini”. Siapa yang pernah membacanya?

Padahal Kartini dalam realitas bahkan dalam sejarah orang Jawa pun tidak begitu penting perannya. Apa pula peran Kartini bagi orang Sunda, Aceh, Minang, Menado, Melayu, Batak, Karo atau lainnya? Mereka ini punya sosok pahlawan perempuannya sendiri, yang lebih dahsyat, pahlawan yang ditenggelamkan narasi Belanda. 

Republik Indonesia melanjutkan narasi kolonial itu bahkan kini lebih seru. Tak kedengaran Indonesia berterima kasih pada Belanda yang menemukan dan menciptakan Kartini dalam konstruksi sejarah Indonesia.

Di Hari Kartini, Sejarah Jurnalis Perempuan Lenyap 

Salah satu mitos Kartini adalah dia penulis yang hebat dan menerbitkan buku Habis Gelap Terbitlah Terang dan seakan menginspirasi gerakan kaum perempuan. 

Tahayul ini begitu kuat menyelusup lewat pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal Kartini tidak pernah menulis buku dalam hidupnya, dia hanya menulis surat-surat pribadi yang hanya dibaca oleh orang yang ditujunya. 

Jauh setelah dia meninggal barulah surat-surat itu diterbitkan di Belanda tahun 1911 dengan judul Door Duisternis tot Licht: Gedachten Over en Voor Het Javaansche Volk van Raden Ajeng Kartini. 

Buku itu pun dterbitkan untuk kepentingan politik etis kolonial dan edisi bahasa Melayunya diterbitkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang tahun 1922. Jadi Kartini hanya menulis  surat-surat pribadi untuk orang yang terbatas dan bukan untuk publik. 

ADVERTISEMENT

Sementara itu di beberapa kota di Sumatera cukup bukti adanya perempuan yang menulis di  surat kabar dan dibaca luas kaum perempuan, se-zaman dengan beredarnya surat-surat Kartini yang dibukukan. 

Di Sumatera, kaum perempuan menulis dan menyebarkannya. Dalam pentas rutin  peringatan Hari Kartini, para perempuan hebat yang menggugah zamannya itu seakan terkubur dalam timbunan abu sejarah.

Di Sumatera Utara sejak tahun 1919 telah terbit surat kabar dan majalah khusus perempuan yang memperlihatkan telah tampilnya kelompok perempuan modern, terdidik (walau setingkat SMP dan SMA sekarang) dan mampu mengekspresikan diri dan kaumnya melalui media massa khusus.  

Menurut identifikasi di Museum Sejarah Pers Medan ada delapan koran perempuan di Sumut: Perempuan Bergerak (Medan, 1919-1920 ), Parsaoelian Ni Soripada (Tarutung , 1927) Soeara Iboe  (Sibolga, 1932) Beta (Tarutung, 1933), Keoetamaan Istri (Medan, 1937-1941), Menara Poetri  (Medan, 1938), Boroe Tapanoeli (Padang Sidempuan, 1940) Dunia Wanita   (Medan,  1949-1980-an). 

Penggunaan nama Perempuan Bergerak dengan semboyan untuk menyokong pergerakan perempoean merupakan koran yang dianggap radikal pada zamannya (1919) dengan keberanian yang  tidak ditemukan di Pulau Jawa. 

Saat ini dalam sejarah pers Sumatera Utara, para perempuan dan wartawati yang “lebih terdidik” (kebanyakan sarjana) tidak memiliki media sendiri. Spirit perempuan berusia belasan tahun  yang menerbitkan koran itu (1919-1949) sayangnya kini tidak muncul lagi di kalangan kaum perempuan terdidik lulusan perguruan tinggi yang luar biasa banyaknya. 

Di mana ada kini koran perempuan? Perempuan jurnalis kini punya problematika sendiri dalam tekanan zamannya (globalisasi dan kapitalisme) sehingga terkesan tidak selugas dan sehebat mereka ini dulu?

Betapa hebat pun ide-ide dan  pemberontakan Kartini melawan kungkungan tradisi Jawa di Jepara dalam surat-suratnya, itu merupakan ekspresi renungan yang dituangkan dalam surat pribadi yang pada saat dia hidup surat-surat itu tidak dibaca oleh kaumnya.

Berpuluh tahun, lagi-lagi dunia pendidikan kita mengkostruksi Kartini secara keliru. Para guru sejarah di sekolah-sekolah perlu memberikan pengetahuan yang benar kepada anak didik, bahwa Kartini menulis surat-surat  yang kemudian dibukukan. 

Dalam pembelajaran sejarah yang saintifik, para siswa bisa ditugaskan mencari sumber sumber lain (yang kini mulai mudah didapat lewat internet) agar siswa mampu memahami dan menganalisis, di samping surat-surat Kartini ada ratusan karya tulis kaum perempuan lainnya. 

Ini akan memperkaya rasa kagum mereka pada bangsa, pada intelektualitas kaum perempuan pada awal abad 20. Dalam periode itu Indonesia tidak hanya memiliki Kartini, tetapi ada banyak perempuan-perempuan lain yang lebih hebat atau sejajar dengan Kartini mulai dari Sulawesi Utara, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, bahkan Aceh.()

Ichwan Azhari adalah seorang sejarawan, pengajar dan Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatra Utara.

Tulisan ini sudah terbit di Facebook Ichwan Azhari dalam dua tulisan.

Tags: Hari KartiniPerempuanSejarah
ShareTweetSendShareSendSharePinScanShare
ADVERTISEMENT

Berita Terkait

Robert Francis Prevost “Paus Leo XIV”.(simantab/ist)
Headline

Robert Francis Prevost Asal Amerika Terpilih Jadi Paus Baru

Editor: Mahadi Sitanggang
9 Mei 2025 | 08:23 WIB

Paus pengganti Paus Fransiskus itu terpilih pada hari kedua penyelenggaraan konklaf kepausan yang diikuti oleh 133 kardinal elektor. Roma|Simantab –...

Read more
Ariel NOAH dan Wulan Guritno
Selebriti

Ariel NOAH dan Wulan Guritno Dapat Restu dari Netizen

Editor: Mahadi Sitanggang
16 April 2025 | 22:24 WIB

"Ariel NOAH dan Wulan Guritno dilaporkan berpacaran," kata akun X @IndoPopBase, dikutip Rabu (16/4/2025). Jakarta|Simantab – Dunia selebritis Indonesia dihangatkan...

Read more
Tampilan website asndigital.bkn.go.id(simantab/asndigital.bkn.go.id)
Headline

Fungsi Fitur MFA Untuk ASN Digital

Editor: Mahadi Sitanggang
11 April 2025 | 08:22 WIB

Semua layanan ASN kini bisa diakses melalui asndigital.bkn.go.id per Minggu 23 Maret 2025, jadi diperlukan fitur MFA. Jakarta|Simantab - Untuk...

Read more
Ilustrasi pembegalan terhadap oknum polisi di Bekasi.(simantab/AI)
Headline

Begal Motor Beraksi, Korbannya Seorang Polisi

Editor: Mahadi Sitanggang
3 April 2025 | 22:26 WIB

Aksi begal semakin beringas. Di Bekasi, seorang oknum polisi menjadi korban keganasan begal. Bekasi|Simantab – Aksi begal semakin beringas. Di...

Read more

Berita Terbaru

Nasional

Pegawai PDAM Tirta Lihou Protes Pemotongan Gaji, Desak Dirut Dicopot

14 Mei 2025 | 23:10 WIB
Nasional

Kasus WNI Bermasalah Terkait Online Scaming Naik 174 Persen

14 Mei 2025 | 21:45 WIB
Siantar

Askot PSSI Pematangsiantar Usulkan Rp50 M Bangun Stadion Sangnaualuh

14 Mei 2025 | 16:54 WIB
Nasional

Polemik Ijazah Jokowi Berujung Kader PSI Dipolisikan Dosen USU

14 Mei 2025 | 08:56 WIB
Nasional

Abraham Samad Bantah Terkait Polemik Ijazah Palsu Jokowi

13 Mei 2025 | 21:43 WIB
Nasional

Firli Bahuri Tepis Tuduhan Bocorkan OTT Harun Masiku

13 Mei 2025 | 21:25 WIB
Nasional

PSI Berharap Jokowi Maju Calon Ketum

13 Mei 2025 | 21:04 WIB
Nasional

Gaji Prajurit TNI dari Tamtama Hingga Perwira Tinggi Sesuai PP Nomor 6 Tahun 2024

13 Mei 2025 | 17:05 WIB
Siantar

Kota Pematangsiantar Diramaikan Pengemis Bocah

13 Mei 2025 | 16:43 WIB
Nasional

Mahfud MD Tuding Seleksi Pimpinan MA Ada Sponsornya

12 Mei 2025 | 19:20 WIB
Nasional

Lulusan Sekolah Rakyat Lanjut Perguruan Tinggi dengan Beasiswa

12 Mei 2025 | 18:57 WIB
Siantar

Stadion Sang Naualuh Tertidur Lama,  Asa Sepak Bola Muda Pematangsiantar Terkatung-katung

12 Mei 2025 | 18:35 WIB

  • Kuki
  • Etika Perilaku
  • Hubungi Kami:
  • Karir
  • Layanan
  • Pedoman Siber
  • Peraturan Pers
  • Privasi
  • Tentang Kami
  • Redaksi

© 2025
PT SIMALUNGUN MANTAB INDONESIA
(PT. SIMANTAB INDONESIA) .
Jalan Ahmad Yani No. 97 Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
☏ -
📧 [email protected]

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Home
  • Live TV
  • Headline
  • Nasional
    • Budaya
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Kriminal
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sejarah
    • Teknologi
  • Sumut
    • Asahan Batu Bara
    • Binjai – Langkat
    • Dairi
    • Danau Toba
    • Deli Serdang
    • Karo
    • Labuhan Batu Raya
    • Medan
    • Siantar
    • Simalungun
    • Tabagsel
  • Wisata
  • Dunia
  • Sehat
  • Kuliner
  • Olahraga
  • Adventorial
  • Login

© 2025
PT SIMALUNGUN MANTAB INDONESIA
(PT. SIMANTAB INDONESIA) .
Jalan Ahmad Yani No. 97 Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
☏ -
📧 [email protected]

rotasi barak berita hari ini danau toba