Kota Pematangsiantar hanya mengandalkan dua pasar permanen utama, yakni Pasar Horas dan Pasar Dwikora, yang melayani delapan kecamatan serta masyarakat dari Kabupaten Simalungun.
Pematangsiantar|Simantab – Derasnya arus urbanisasi ke Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara, menuntut pembenahan dan penambahan infrastruktur krusial. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 mencatat, populasi kota terbesar kedua di Sumatra Utara ini telah mencapai 274.838 jiwa.
Selain pembenahan transportasi publik, kebutuhan mendesak lainnya adalah pemerataan fasilitas perdagangan tradisional.
Saat ini, Kota Pematangsiantar hanya mengandalkan dua pasar permanen utama, yakni Pasar Horas dan Pasar Dwikora, yang melayani delapan kecamatan serta masyarakat dari Kabupaten Simalungun.
Menyadari hal ini, Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar berencana menambah sejumlah pasar permanen di tiga kecamatan strategis. Rencana itu disampaikan Kepala Bidang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUTR) Pematangsiantar, Jhon Henri Musa Silalahi. Tiga kecamatan strategis menurut dia; Siantar Martoba, Siantar Sitalasari, dan Siantar Marimbun.
“Pembangunan ini bukan hanya sekadar menambah fasilitas, tetapi juga memicu pertumbuhan infrastruktur di wilayah tersebut. Studi kelayakan sudah kami siapkan dan akan segera dilakukan agar perencanaan di kawasan tersebut dapat segera terealisasi,” ujar Jhon Henri kepada Simantab, Senin (05/05/2025).
Lebih lanjut, Jhon Henri menjelaskan, inisiatif ini merupakan wujud komitmen Pemko untuk menjaga vitalitas ekonomi kota.
“Dengan adanya pasar-pasar baru ini, kami berharap Pematangsiantar semakin menarik bagi investasi dan menjadi rumah bagi para pedagang. Ini akan menciptakan nilai jual yang lebih tinggi bagi kota kita,” ujarnya.
Harapan besar juga disematkan pada peningkatan persaingan usaha yang sehat dan daya beli masyarakat.
“Masyarakat di sekitar Pematangsiantar, seperti dari Batubara, Asahan, Tebingtinggi dan Simalungun, bisa membelanjakan uangnya di sini. Dengan pemerataan pasar, kita berharap inflasi dapat terkendali dan kapasitas ruang untuk pertumbuhan ekonomi semakin besar,” katanya.
Hampir senada dengannya, Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Pematangsiantar, Rumei Conny Purba, membenarkan, langkah penambahan pasar permanen di tingkat kecamatan sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2024. Hadirnya Pasar Sumber Jaya Maju, Pasar Tojai, dan Pasar Sibatu-batu direncanakan menjadi pasar permanen.
“Dengan tambahan tiga pasar lagi di tahun 2025 ini, kami sangat berharap perekonomian masyarakat dapat semakin bergairah,” ujar Rumei.
Idealnya, menurutnya, setiap kecamatan bahkan kelurahan di Pematangsiantar memiliki pasar permanen sendiri. Ketiga pasar baru ini nantinya akan dikelola oleh Perusahaan Daerah Pembangunan dan Aneka Usaha (PD PAUS), dengan Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan berperan sebagai pembina.
Namun, Rumei tak menampik, rencana ini bukannya tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah kebiasaan masyarakat yang masih setia berbelanja di Pasar Horas dan Pasar Dwikora.
Kekhawatiran pedagang dan masyarakat terhadap keberadaan pusat perbelanjaan modern seperti Irian dan Suzuya Merdeka Mall juga menjadi perhatian.
“Ada segmen dan target masyarakat yang berbeda antara pasar tradisional dan modern. Pasar tradisional memiliki daya tarik tersendiri karena harganya yang terjangkau. Kehadiran pasar-pasar kecamatan ini justru akan membantu mendistribusikan kebutuhan pokok lebih dekat kepada masyarakat,” jelasnya.
Tantangan lain yang dihadapi adalah lokasi Pasar Horas dan Dwikora yang relatif dekat dengan permukiman warga, membuat masyarakat lebih memilih kepraktisan berbelanja di sana.
Selain itu, ketersediaan barang yang lebih lengkap dan harga yang dianggap lebih terjangkau di kedua pasar tersebut, menjadi alasan kuat masyarakat enggan beralih ke pasar baru.
Untuk mengatasi hal ini, PD PAUS dan Diskoperindag berencana memberikan insentif berupa penggratisan biaya awal penyewaan lapak.
“Namun, upaya tersebut dianggap belum efektif membuat masyarakat pindah dan berbelanja ke pasar yang baru,” ujarnya.
Momentum Ekspansi Ekonomi Lokal
Menanggapi rencana penambahan pasar ini, Pengamat Ekonomi dari Universitas Simalungun, Darwin Damanik menuturkan, langkah Pemko Pematangsiantar ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan ekspansi ekonomi di tingkat lokal.
“Pertumbuhan penduduk yang signifikan memang membutuhkan perluasan infrastruktur perdagangan. Penambahan pasar di berbagai kecamatan tidak hanya mendekatkan akses kebutuhan pokok kepada masyarakat, tetapi juga berpotensi menggerakkan roda perekonomian di wilayah-wilayah yang sebelumnya kurang terjangkau,” ujar Darwin.
Lebih lanjut, Darwin menjelaskan, keberhasilan pasar-pasar baru ini akan sangat bergantung pada strategi implementasi dan sosialisasi yang efektif.
“Pemerintah daerah perlu melakukan kajian mendalam mengenai potensi pasar di setiap kecamatan, termasuk preferensi belanja masyarakat setempat. Insentif bagi pedagang seperti penggratisan biaya awal sewa memang langkah yang baik, namun perlu diimbangi dengan program promosi yang gencar untuk menarik minat konsumen,” katanya.
Darwin juga menyoroti pentingnya upaya sinergi antara pasar tradisional dan modern.
“Pasar tradisional memiliki keunggulan dalam hal harga yang kompetitif dan interaksi sosial antara penjual dan pembeli. Sementara itu, pasar modern menawarkan kenyamanan dan variasi produk yang lebih luas. Keduanya memiliki segmen pasar yang berbeda dan dapat saling melengkapi jika dikelola dengan baik,” jelasnya.
Menurut Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun ini, tantangan terbesar adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah terlanjur nyaman dengan Pasar Horas dan Dwikora.
“Dua pasar ini sudah memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian dari identitas kota. Untuk menarik masyarakat beralih ke pasar baru, perlu ada diferensiasi yang jelas, baik dari segi produk yang ditawarkan, fasilitas, maupun suasana belanja yang berbeda,” imbuhnya.
Darwin menyarankan agar Pemko tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pemberdayaan pedagang lokal dan peningkatan kualitas manajemen pasar.
“Pelatihan bagi pedagang, perbaikan fasilitas seperti sanitasi dan keamanan, serta promosi yang kreatif dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen,” ujar Darwin.(putra purba)