Puasa dapat menurunkan kadar gula darah bahkan menjadi salah satu terapi diabetes melitus. Menurut beberapa artikel yang diterbitkan beberapa tahun terakhir, mengingat prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan total 10,7 juta penderita, tentu hal ini menjadi perbincangan hangat. Lantas, apakah puasa merupakan strategi yang efektif untuk mengobati diabetes melitus dan benar dapat menurunkan kadar gula darah?
Pada saat bulan Ramadhan dari fajar hingga senja, seseorang berpuasa selama kurang lebih 14 jam selama sebulan penuh tanpa makanan atau minuman apapun. Tubuh akan menggunakan gula yang tersimpan di dalam tubuh dan otot untuk membuat energi selama berpuasa agar bisa bertahan hidup. Karena itu, saat berpuasa kadar glukosa dan glikogen tubuh turun sehingga membuat tubuh lemas dan membuat kepala pusing.
Namun, tubuh dapat bertahan selama 8 hingga 10 jam tanpa makanan atau cairan karena cadangan energi yang disediakan gula. Ketika simpanan energi habis, tubuh akan beralih menggunakan lemak untuk energi. Nah, menurunkan berat badan hanya akan terjadi jika melakukan aktivitas membakar lemak. Penurunan atau pemeliharaan berat badan dapat membantu mengatur kadar gula darah. Karena itu, puasa teratur dapat bermanfaat bagi mereka yang menderita diabetes melitus. Selain itu, puasa secara teratur dianggap menurunkan kemungkinan resistensi insulin, yang menyebabkan diabetes melitus. Meski begitu, penyelidikan lebih lanjut masih diperlukan.
Namun bukan berarti diabetes melitus bisa disembuhkan dengan berpuasa. Tidak semua penderita diabetes melitus diperbolehkan berpuasa. Sebaiknya pasien diabetes melitus memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.