Simalungun – Bulan suci Ramadan 1442 H berkah bagi umat muslim tak terkecuali pengrajin kolang-kaling di Desa Simantin Pane Dame, Kecamatan Pane, Kabupaten Simalungun. Permintaan penganan dari buah aren itu meningkat dari hari biasanya.
“Lumayan, permintaan naik terus. Kalau bahan baku yang kami ambil dari Saribudolok dan Dolok Pardamean. Terus yang uda kami olah, itu diedar ke Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi dan Asahan,” tutur Erna ditemui, Rabu (21/4/2021) siang.
Untuk mengerjakan kolang-kaling, atau sebagian orang akrab menyebut cengkaleng yang bisa dimakan dengan campuran es buah, kolak dan lainnya itu, Erna dibantu anak dan anggota keluarga yang tinggalnya masih bertetangga.
“Proses nembuatan kami kerjakan di halaman rumah. Nanti agen dan pembeli atau langganan datang sendiri ke rumah sepekan sekali. Makannya kolang-kaling yang sudah kami olah ada sampai ke Siantar dan kota lainnya,” ujar Erna.
Mereka jual seharga Rp 7 ribu. Harga itu naik dari sebelumnya Rp 4 ribu per kilogram (Kg). Selama dua puluh tahun menggeluti pengrajin kolang-kaling, mereka hafal betul momen puncak penjualan.
BACA JUGA
Simalungun dan Samosir Punya Bupati Baru pada 26 April 2021
Kebutuhan Lebaran, Bulog Siantar Sediakan 700 Ton Beras
“Seminggu sebelum Lebaran, kami prediksi puncak penjualan kolang-kaling. Dekat-dekat Lebaran mulai kami olah untuk manisan,” terangnya.
Kata Erna, ada sekitar 32 pengrajin kolang-kaling di tempat tinggalnya yang mulai sibuk pada momen Ramadan.
Sementara itu, pengrajin lainnya mengatakan, untuk di tahun 2020 lalu kurang lebih 200 ton kolang-kaling siap olah diproduksi dari desa mereka.
Padahal saat itu telah memasuki pandemi Covid-19, namun permintaan kolang-kaling tetap bergairah.
“Ada aja permintaan, apalagi kalau jalan menuju ke sini bagus, mungkin lebih banyak yang kemari,” ucap Tambun, seraya menyebut mengolah kolang-kaling tak sembarangan seperti buah lainnya, karena ada 12 tahapan yang wajib dilalui.
Memastikan agar kolang-kaling siap dipasarkan ke luar, dia melakukan pengecekan, termasuk cek buah tua, menurunkan tandan, pemisahan buah dari tandan, langsir, pengangkutan dari kebun ke pengrajin, rebus, dan pembelahan isi buah.
Bahkan melakukan proses menjepit, merendam, memipihkan isi buah, dan merendamnya kembali.
“Rendaman pertama itu dua hari, setelah digepengkan (memipihkan). Direndam lagi selama 2-4 hari. Prosesnya panjang,” katanya. (Yud)