Bjorka, Antara Hacker dan Kibus?

Bjorka berhasil menarik perhatian publik, terutama masyarakat Indonesia yang aktif di dunia sosial media. Bjorka mendadak menjadi idola, idola dari jutaan orang yang kadang lebih cepat mengetikkan jarinya daripada berfikir. Itulah fenomena hari ini dimana nilai sosial media adalah kebenaran bagi sebagian penggunanya.

Netizen Indonesia mengelu-elukan Bjorka dan menjadikannya simbol perlawanan terhadap pemerintahan saat ini, Bjorka seakan hadir untuk menuntaskan ketidakpuasan dari publik terhadap kebijakan pemerintah.

Aneh bin ajaib, netizen yang datanya disebar oleh Bjorka secara terang benderang malah bersorak sorai mengolok olok pemerintah. Padahal yang dirugikan justru adalah dirinya sendiri. Bocornya NIK jutaan warga negara tersebut bukanlah hal yang luar biasa, Sepuluh tahun silam, lembaga negara bahkan mempublikasinya secara legal.

Salah satu contoh adalah KPU. KPU pada dua pemilu sebelumnya membagikan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan NIK, nama dan alamat yang lengkap. Baru pemilu yang belakangan ini, KPU mensensor NIK dari DPTnya.

Jika demikan, apa luar biasanya Bjorka?

Ketika membahas tentang pembunuhan aktivis HAM, Munir, apakah ada yang baru yang disajikan oleh Bjorka? Setau saya tidak. Bjorka hanya menampilkan tentang apa yang semua orang tau yaitu keterlibatan Muchdi PR dan Pollycarpus. Tidak ada yang baru dari informasi yang dihadirkannya.

Tentang adanya komunikasi BIN dan Presiden yang dirilis oleh Bjorka, juga tidak ada sesuatu yang luar biasa yang diungkap olehnya. Bjorka hanya menghasilkan daftar file antara dua institusi tersebut. Jika Bjorka adalah hacker maka sudah pasti informasi yang diperolehnya adalah informasi yang sangat baru.

Dan publik akan terkaget kaget membaca informasi tersebut. Informasi yang dihasilkan oleh Bjorka tak lebih sebagai daftar informasi yang sudah awam ditengah masyarakat. Tidak ada yang baru dari Bjorka sehingga rekan rekan kami dengan spontan menyatakan Bjorka bukan hacker tapi Kibus.

Lalu Apa itu Hacker?

Hacker jangan dimaknai sebagai sesuatu yang buruk. Hacker sering menjadi pintu masuk perbaikan sistem elektronik. Hacker sering dianggap sebagai perusak padahal hacker sejatinya adalah sebuah alarm bagi sistem elektronik.

Maka kami tersenyum geli bercampur lucu ketika respon pemerintah adalah membentuk tim lintas sektoral untuk menemukan Bjorka. Jika memang Bjorka menarik data yang dipublikasinya dari sebuah alur sistem yang berjalan lintas departemen maka tim IT pemerintah seharusnya menggandeng Bjorka dan memberikan tawaran yang menggiurkan sehingga Bjorka bersedia menunjukkan celah celah kosong dari sistem yang saat ini dibangun.

Tidak ada sistem elektronik yang sempurna. Kesempurnaan sistem elektronik hanyalah sebuah kemenangan atas waktu dan kondisi. Artinya semua sistem elektronik punya celah untuk dimasuki oleh orang luar. Sehingga jika ada sistem yang belum berhasil dimasuki oleh eksternal hanyalah sebuah keberuntungan akan waktu dan situasi.

Apakah Bjorka adalah Kibus?

Kibus adalah kosa kata pasaran yang sepadan dengan cepu atau kaki tangan. Kibus sering digunakan dalam operasi kriminal. Aparat penegak hukum menggunakan jasa seseorang didalam sistem yang diintai untuk memperoleh informasi.

Jika kita mengikuti logika Bjorka adalah kibus maka tentu saja muara dari dimunculkannya sang kibus adalah sebuah pernyataan bahwa sistem elektronik yang sedang dibangun di negara Indonesia adalah sistem yang rentan dan lemah.

Sehingga tujuan dari dipublikasikannya informasi dari Bjorka adalah untuk mengundang seluruh tim IT untuk berbenah dan memperbaiki sistem yang dipersiapkan tersebut. Atau jika ingin sedikit nakal, kemunculan Bjorka adalah warning kepada pengambil keputusan untuk mengalokasikan anggaran yang besar untuk pengelolaan sistem elektronik ini.

 

Sooo … silahkan berimajinasi sendiri, apakah Bjorka seorang Hacker atau Kibus ? Hanya Tuhan dan Bjorka serta seseorang yang lain, yang mengetahuinya.

 

Iklan RS Efarina