Beredar isu bahwa sang pimpinan mencak mencak karena orang orang istana dipecundangi. Calon calon yang dielusnya mendadak kehilangan taring di hari hari terakhir Pemilihan Pangulu Nagori (Pilpanag) ini. Mungkin karena itu, Orang orang istana mendadak berkeliling kampung, menyapa satu per satu warga di kampung ini. Turun dari mobil baru dengan pakaian necis dengan senyum sumringah menjabat tangan pak tani yang kumal dengan pakaian yang compang camping.
Dan hari ini, suasana sedikit berbeda. Dimana sekelompok orang dari istana beramai ramai mengunjungi desa desa. Mereka adalah orang orang istana yang selama ini ikut merumuskan kebijakan dari seorang Bupati di ibukota kabupaten.
Sudah hampir 3 tahun mereka mengambil keputusan untuk memperbaiki nasib rakyat se kabupaten tetapi jangankan peningkatan perekonomian, rakyat malah disuguhi dengan penderitaan dan himpitan ekonomi yang semakin menyiksa.
Program beasiswa anak anak negeri dipangkas oleh pemimpin sekarang ini. Kartu sikerja dengan iming iming bantuan modal kerja hingga 50 juta rupiah ternyata hanyalah bongakĀ belaka. Harapan tinggi dan berbuah kepada kesuksesan usaha dimasa yang akan datang hanyalah sebuah janji yang entah kapan akan ditepati.
Dan hari ini, orang orang disekeliling Bupati itu yang selalu menutup kaca mobilnya dengan reben yang kelam mendadak menjadi begitu ramah. Mereka seakan begitu dekat dengan rakyat. Padahal baru seminggu yang lalu, mereka membuang muka ketika warga desa ini meminta bantuannya untuk mengurus Kartu Tanda Penduduk sang anak yang belum tercetak hampir 2 tahun lamanya.
Dan ternyata mereka hari ini hadir di tengah tengah masyarakat karena besok adalah hari pemilihan pangulu nagori. Dan tentu saja mereka hadir dengan senyuman dan keramahan paripurna. Dengan kehadirannya pada hari menjelang pemilihan pangulu nagori ini mereka berharap menghapus segala sikap cuek dan abai mereka kepada rakyat selama ini.
Mereka masih dengan percaya diri merasa yakin bahwa uang segepok yang meeka bawa hari ini akan berbuah manis, coblosan suara untuk kandidat yang didukungnya. Namun mereka tidak sadar, warga desa di pojokan sana sudah membangun persekongkolan baru. Warga desa bersepakat untuk menerima uang yang ditawarkan oleh orang orang istana ini. Mereka juga sudah mempunyai pilihan yang tidak tergoyahkan. Memilih calon pangulu yang paling miskin sebagai pangulu pilihannya. Mereka ingin membuktikan bahwa balas dendamnya orang orang desa itu menyakitkan.
Itulah cerita dari sebuah desa, entah ini sebuah kebetulan atau sebuah realitas. Namun satu hal yang pasti, ini sempurna untuk dipelajari dan didalami apalagi berhasil dipraktekkan yaitu mempecundangi kandidat kandidat binaan istana,