Kisah haru Zuang Al Chabid, warga Amansari yang akhirnya mendapat bantuan pemerintah Simalungun setelah lama hidup tanpa e-KTP dan BPJS. Pelayanan door to door membawa harapan baru bagi warga kurang mampu.
Simalungun|Simantab – Sore itu, suasana di rumah sederhana milik keluarga Zuang Al Chabid di Kelurahan Amansari, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, berubah haru. Di antara dinding papan dan semilir angin pedesaan, sejumlah petugas datang membawa kabar baik, kabar yang bagi keluarga Zuang terasa seperti pertolongan di tengah kesulitan panjang.
Zuang, pemuda yang beberapa waktu terakhir terbaring lemah akibat penyakit usus buntu, hidup dalam keterbatasan. Ia tak punya e-KTP, tak pula terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Kondisi ini membuat keluarganya bingung dan khawatir, karena tanpa identitas resmi, peluang untuk mendapatkan layanan kesehatan hampir tertutup.
Kabar tentang kondisi Zuang awalnya sampai ke pihak Kecamatan Dolok Batu Nanggar melalui warga sekitar. Tak menunggu lama, pihak kecamatan langsung bergerak cepat. Mereka berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) serta Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun. Dalam waktu singkat, tim gabungan turun langsung ke rumah Zuang membawa pelayanan yang selama ini hanya bisa diakses di kantor pemerintahan.

Di rumah kecil itu, petugas Disdukcapil melakukan perekaman dan pencetakan e-KTP di tempat. Tak lama kemudian, data Zuang juga dimasukkan ke sistem BPJS Kesehatan agar ia bisa segera mendapatkan pengobatan. Dari Puskesmas Serbelawan, tim medis ikut turun tangan, memastikan Zuang mendapat pemeriksaan awal sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Perdagangan untuk penanganan lebih lanjut.
Keluarga Zuang tak kuasa menahan haru. Bagi mereka, perhatian seperti ini bukan hanya soal pelayanan administratif, tapi tentang kepedulian yang nyata.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah yang telah membantu adik kami hingga bisa berobat gratis,” kata Nurainun, kakak Zuang, dengan mata berkaca-kaca.
Camat Dolok Batu Nanggar, Siti Aminah Siregar, menegaskan bahwa pelayanan langsung semacam ini akan terus dilakukan. Ia mengimbau seluruh lurah dan kepala desa agar aktif mendata warga yang belum memiliki e-KTP.
“Jika ada warga disabilitas atau yang tak bisa datang ke kantor, kami siap bekerja sama dengan Disdukcapil untuk memberikan pelayanan door to door,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Dukcapil Simalungun, Tiarli Sinaga. Ia menekankan komitmen pemerintah daerah untuk menghadirkan pelayanan yang inklusif.
“Kami siap turun langsung ke lapangan, terutama untuk warga yang memiliki keterbatasan,” katanya.
Bagi keluarga Zuang, hari itu akan selalu diingat sebagai titik balik. Bukan hanya karena Zuang akhirnya bisa berobat, tapi karena mereka merasakan sentuhan kemanusiaan dari pemerintah yang benar-benar hadir, melihat, dan menolong tanpa sekat.
Langkah kecil itu mungkin sederhana, tapi bagi satu keluarga di Amansari, itulah wujud nyata dari janji pelayanan publik yang berpihak pada rakyat kecil.(rel)