Di Sumatra, anak-anak terbiasa mengonsumsi makanan pedas. Untuk itu, BGN berinovasi dengan menyajikan sambal tomat khusus yang tampak seperti saus, berwarna menarik, tetapi tidak pedas.
Simalungun|Simantab – Upaya peningkatan gizi anak di Kabupaten Simalungun semakin diperkuat dengan kehadiran tiga dapur gizi baru yang mendukung distribusi Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kehadiran dapur gizi ini diharapkan mampu memastikan program berjalan maksimal dan tepat sasaran.
Koordinator Wilayah Balai Gizi Nasional (BGN) Kabupaten Simalungun, Debora Purba, menyebutkan dapur gizi tersebut berlokasi di Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kelurahan Hapoltakan, Kecamatan Raya, dan Kecamatan Pamatang Silimahuta. Pembangunan dapur ini menjadi bagian dari program nasional yang juga bertujuan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.
“Kerja sama ini melibatkan Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Perdagangan agar ketersediaan bahan baku tetap terjamin dengan harga stabil,” jelas Debora, Senin (8/9/2025).
Ia menuturkan bahwa pemilihan UMKM pemasok dilakukan oleh Kepala Satuan Pelaksana Program Gizi (KSPPG) bersama yayasan mitra. KSPPG bertugas menjaring UMKM dengan cara sosialisasi ke desa-desa. “Kami turun langsung ke desa dan kecamatan untuk mendata UMKM yang bisa memenuhi kebutuhan dapur gizi,” tambahnya.
BGN tidak terikat kontrak dengan pemasok tertentu. Sistem fleksibel ini memberi ruang untuk menolak bahan baku yang tidak segar atau mengalami lonjakan harga. “Kalau ayam yang masuk tidak segar, kami bisa langsung menolaknya dan mencari pemasok lain. Ini untuk menghindari kerugian semua pihak,” tegas Debora.
Menu yang Dekat dengan Lidah Anak
Debora mengakui tantangan terbesar adalah menyesuaikan menu dengan selera anak. Di Sumatra, anak-anak terbiasa mengonsumsi makanan pedas. Untuk itu, BGN berinovasi dengan menyajikan sambal tomat khusus yang tampak seperti saus, berwarna menarik, tetapi tidak pedas.
“Biji cabainya kami haluskan sehingga sambalnya lebih mirip saus tomat. Anak-anak jadi tetap merasa familiar tanpa khawatir kepedasan,” ujarnya.
Sambal ini disajikan terpisah dari menu utama agar anak yang tidak terbiasa pedas tetap bisa menikmati makanan. Strategi ini terbukti berhasil, bahkan anak-anak mulai meminta variasi menu seperti ayam sambal hijau.
Indikator Keberhasilan Program
Keberhasilan MBG diukur dari kelancaran operasional, efektivitas penggunaan anggaran, serta indikator sederhana namun penting: kotak makan atau ompreng yang kembali dalam keadaan bersih. “Kalau ompreng balik bersih, artinya makanan diterima dan habis dimakan anak-anak,” kata Debora.
Fasilitas dapur, termasuk ompreng, disediakan yayasan mitra. Namun pengawasan tetap menjadi tugas KSPPG, mulai dari keuangan hingga kualitas bahan baku. “Seorang kepala KSPPG harus jeli. Jika harga bahan baku tidak sesuai pasar, kami tidak menyetujuinya,” jelas Debora.
Ia menambahkan, keterlibatan UMKM juga dipastikan transparan. Sosialisasi ke desa dan kecamatan dilakukan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. “Penentuan UMKM itu harus terbuka. Semua pihak diberi kesempatan, sehingga tidak ada monopoli atau ketidakadilan,” tandasnya.
Dengan strategi ini, BGN Simalungun tidak hanya memastikan anak-anak mendapatkan asupan bergizi, tetapi juga membangun ekosistem yang berkelanjutan melalui pemberdayaan UMKM, pengawasan ketat, dan inovasi menu yang ramah anak.(Putra Purba)