Tujuan ditetapkannya 27 Mei sebagai hari jamu, untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui budaya minum jamu, serta melestarikan kearifan lokal Indonesia.
Jakarta|Simantab – Tidak banyak yang menyadari hari ini bertepatan dengan tiga hari penting, baik itu skala nasional maupun internasional.
Di Indonesia, setiap tanggal 27 Mei diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Sementara itu, di belahan bumi lain ada peringatan Hari Tabir Surya di Amerika Serikat dan Hari Penghapusan Perbudakan di Guadeloupe.
Tujuan ditetapkannya 27 Mei sebagai hari jamu, untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui budaya minum jamu, serta melestarikan kearifan lokal Indonesia.
Mengutip laman Portal Kabupaten Suharjo, Hari Jamu Nasional pertama kali diresmikan di Istana Negara pada 27 Mei 2008 oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Penetapan ini dilakukan untuk mengakui jamu sebagai bagian dari kearifan lokal Indonesia yang perlu dilestarikan.
Namun, peringatan ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga bentuk kesadaran kolektif atas pentingnya jamu bagi kesehatan masyarakat. Selain itu, jamu juga memiliki nilai budaya dan potensi besar untuk memperkenalkan Indonesia ke kancah internasional.
Hal ini terbukti ketika UNESCO memperkenalkan jamu sebagai warisan Budaya Tak Benda (WBTB)/Intangible Cultural Heritage of Humanity ke-13 dari Indonesia.
Di belahan dunia lain, tepatnya di Amerika Serikat, tanggal 27 Mei diperingati sebagai Sunscreen Day atau Hari Tabir Surya.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya produk tabir surya dalam menjaga kesehatan kulit.
Selain itu, di tanggal 27 Mei juga diperingati sebagai hari penghapusan perbudakan di Guadeloupe, Perancis.
Peringatan ini menjadi simbol perjuangan panjang masyarakat Guadeloupe dalam melawan perbudakan.
Guadeloupe merupakan sebuah pulau yang terletak di wilayah seberang laut Perancis di kawasan Laut Karibia. Nama Guadeloupe diberikan oleh seorang penjajah Italia, Christopher Columbus untuk menghormati biara Extremaduran, Santa María de Guadalupe.
Masa perbudakan di pulau Guadeloupe bermula ketika pulau tersebut diambil alih oleh Perancis pada 28 Juni 1635. Saat itu, Perancis menggulingkan penduduk asli di Guadeloupe.
Kemudian pada tahun 1674, Guadeloupe resmi dijadikan koloni oleh Monarki Perancis dan mulai berkembang sebagai wilayah perkebunan.
Selama perang dunia pertama, Inggris sempat menguasai Guadeloupe dari tahun 1759 hingga 1763. Namun, kekuasaan atas pulau ini kemudian dikembalikan kepada Perancis melalui penandatanganan Perjanjian Paris.
Pada tahun 1794, Guadeloupe kembali direbut Inggris namun tak bertahan lama karena Victor Hughes, Komisaris Konvensi, segera merebutnya kembali dan berusaha menghapus perbudakan yang terjadi di pulau tersebut.
Hari Penghapusan Perbudakan bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai kebebasan dan hak asasi manusia. Momen ini menjadi pengingat akan pentingnya melawan penindasan dan harapan untuk masa depan yang lebih adil.(*)
