Dunia  

Badai Hebat Melanda New York, Menjatuhkan Pesawat Pengebom B-53 Seberat 83 Kg

In this photo released by the U.S. Air Force, F-16s flown by the Egyptian Air Force break away from a U.S. Air Force B-1B Lancer over Egypt Saturday, Oct. 30, 2021. The U.S. Air Force said Sunday it flew a B-1B strategic bomber over key maritime chokepoints in the Mideast with allies including Israel amid ongoing tensions with Iran as its nuclear deal with world powers remains in tatters. (U.S. Air Force/Senior Airman Jerreht Harris via AP)

 

simantab.com — Pada Selasa, sebuah badai dahsyat melanda New York, Amerika Serikat, menyebabkan kehancuran yang signifikan. Salah satu insiden terparah adalah jatuhnya pesawat pengebom B-52 dari platformnya di Angkatan Udara Griffiss, yang memiliki berat 83.000 kilogram.

 

Gubernur Kathy Hochul, yang meninjau langsung kerusakan, menggambarkan dampaknya sebagai luar biasa. “Anda tidak dapat membayangkan dampak dari melihat dari langit betapa besarnya kerusakan yang terjadi,” kata Hochul.

 

Pemerintah New York telah mengumumkan keadaan darurat sebelum badai melanda. Badai ini juga merobek atap gereja St. Mary yang dibangun pada tahun 1862, menghancurkan sebagian besar bangunan bersejarah tersebut.

 

Di Rome, New York, empat bangunan hancur dan 22 bangunan lainnya mengalami kerusakan. “Pohon tumbang seperti tusuk gigi,” tambah Hochul.

 

Menurut ahli meteorologi NBC5, badai ini diiringi oleh tiga tornado lainnya yang menghantam wilayah seperti Hamilton County dan Warren County.

 

Tragisnya, seorang warga bernama Robert Popple, 82, dari Canastota, meninggal dunia saat badai. Ia dilaporkan keluar rumah untuk menyelamatkan mobil antiknya ketika bencana terjadi.

 

Badai juga menyebabkan sekitar 300.000 pelanggan di seluruh Negara Bagian New York kehilangan pasokan listrik pada puncaknya. Hingga berita ini diturunkan, sekitar 38.000 pelanggan masih belum mendapatkan pasokan listrik kembali.

 

Gubernur Hochul menyoroti bahwa peristiwa cuaca ekstrem ini menjadi semakin sering terjadi. “Peristiwa cuaca ekstrem ini bukan lagi hal yang tidak normal. Ini adalah hal yang normal baru,” ujarnya, menyinggung gelombang panas dan banjir bandang yang baru-baru ini terjadi di beberapa wilayah.(reuters/dk) 

Iklan RS Efarina