Harga Jahe Anjlok, Petani Tak Harus Atta dan Aurel agar Diperhatikan Jokowi

Simalungun – Seorang warga Kabupaten Simalungun, Sumut, melalui media sosial Twitter mengungkapkan curahan hatinya terkait harga jahe yang anjlok.

Warga tersebut Layla P. Saragih melalui akun @layla_saragih dilihat Simantab.com diunggah pada Senin (5/4/2021), meminta bantuan termasuk dengan memention akun Presiden Jokowi. 

“Mohon bantuan RT nya teman2. Ini mungkin ga berarti buat teman2.  Tapi ini berarti utk Ibu saya,” tulisnya. “Ini langkah terakhir yg bisa saya buat. Saya sudah coba DM Menteri pertanian tp tidak digubris. Perkenalkan saya Layla Saragih rakyat jelata anak dari seorang petani. Tolong mohon kiranya diperhatikan harga hasil pertanian di Sumut terutama Jahe yang harganya anjlok sekali. Dan pemerataan distribusi juga mohon diperhatikan. Karena di luar pulau Sumatera harga mungkin masih mencapai 15k. Di sumut 3,5k / kilo,” tulisnya lagi.

Dia lalu meminta pemerintah untuk menghentikan impor jahe dan memprioritaskan pasokan dari dalam negeri. 

Tanaman jahe. (Foto: Twitter Layla P Saragih)

“Kasian petani pak harga pertanian anjlok, tapi pupuk tinggi2 sekali. Tolong pak. Tolong sekali. Saya yakin petani tidak harus menjadi atta dan aurel agar bisa mendapat perhatian bapak,” cuitnya.

Dia juga mengunggah satu foto tanaman jahe yang dia sebut milik ibunya. Hanya saja dia tidak menyebut lokasi lahan secara persis. Kondisi tanaman terkesan dibiarkan begitu saja. 

“Terakhir berikut photo tanaman jahe Ibu saya. Dibayangkan aja dulu pak mengerjakan lahan segitu, seorang diri, 9 bulan. Modal dihutang, udah panen malah ga laku,” tulisnya.

Cuitan Layla direspons warganet lainnya. Pemilik akun @Ma_dun27 bahkan ikut memention akun Twitter Presiden Jokowi.

Baca juga:

“Dibangun jalan tol yg katanya akan mempermudah & mempercepat distribusi hasil pertanian, saat ini belum nampak manfaatnya. Malah bayar tol mahal, pupuk mahal & import jalan terus saat petani panen,” cuitnya.

Warganet lainnya, Simon Simarmata melalui akun @SimonSimarmata8 membalas, bahwa orang tuanya tinggal di Kabupaten Simalungun dan mengalami hal sama dengan apa yang disampaikan Layla.

“ini sama dengan orang tua saya, jadi ingin merubah sistem pengolahan hasil pertanian indonesia tapi belum kesampaian, sangat Miris sekali,” tulisnya.

Dikutip dari Kompas.com, Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi merasa prihatin di mana untuk memenuhi kebutuhan jahe saja Indonesia harus mengimpor. 

Terungkap saat dirinya mengikuti pemusnahan empat kontainer jahe impor yang terindikasi mengandung zat membahayakan pertanian Indonesia. Jahe didatangkan dari Myanmar dan Thailand pada pertengahan Maret 2021 lalu.

“Saya berharap tidak ada lagi impor jahe, apalagi yang berpenyakit,” ungkap Dedi. Mantan Bupati Purwakarta itu justru menyayangkan adanya impor jahe padahal banyak lahan masih kosong. Terlebih Indonesia terkenal dengan tanahnya yang subur. ()

Iklan RS Efarina