Foto: Seorang pejalan kaki menggunakan kipas angin listrik portabel di distrik perbelanjaan Ginza yang terkenal di Tokyo, Jepang, Kamis, 4 Juli 2024. Suhu di Tokyo naik lebih dari 30 derajat Celcius (86 derajat Fahrenheit), menurut biro meteorologi Jepang pada hari Rabu. (AP/Shuji Kajiyama)
simantab.com – Fenomena kenaikan suhu melanda Jepang, menewaskan lebih dari 100 orang.
Dilansir AFP serta dikutip dari cnbcindonesia, Badan Meteorologi Jepang melaporkan bahwa musim panas tahun ini menjadi yang terhangat sejak pencatatan dimulai, dengan suhu rata-rata antara Juni dan Agustus mencapai 1,76 derajat Celsius di atas nilai standar. Kondisi ini menyamai level suhu tahun 2023, yang juga tercatat sebagai salah satu tahun terpanas.
Pejabat cuaca Jepang mengaitkan fenomena ini dengan pergerakan aneh angin Barat di atas wilayah negara, yang memungkinkan udara hangat dari Selatan lebih mudah menyelimuti Jepang. Pemanasan global juga berkontribusi dalam mendorong kenaikan suhu rata-rata.
Juli menjadi bulan terpanas di Jepang, dengan variasi suhu di seluruh kepulauan mencapai 2,16C lebih tinggi dari rata-rata. Di Tokyo, 123 orang meninggal karena sengatan panas pada bulan Juli, dengan rekor jumlah ambulans yang dikerahkan akibat gelombang panas ekstrem.
Selain suhu panas, Jepang juga menghadapi Topan Shanshan pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya enam orang dan memecahkan rekor curah hujan di banyak daerah. Analisis dari Imperial College London menyimpulkan bahwa pemanasan global meningkatkan kemungkinan terjadinya angin topan sebesar 26%.
Fenomena pemanasan global terus terjadi di seluruh dunia. Selain Jepang, rekor suhu tinggi juga tercatat di Laut Mediterania, kepulauan Svalbard Arktik Norwegia, dan Kyiv, Ukraina. Australia mencatat suhu musim dingin tertinggi bulan lalu, sementara Eropa, khususnya Yunani, mengalami peningkatan kebakaran hutan musim panas sebesar 50% dibandingkan tahun 2023. Gelombang panas dan musim kebakaran hutan yang lebih panjang semakin sering terjadi akibat peningkatan suhu global.