Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi keberlanjutan global, mengingat berbagai ketidakpastian yang terus mengemuka di berbagai bidang. Ketidakpastian ini tidak hanya muncul dari krisis iklim yang semakin mendalam, tetapi juga dari ketegangan geopolitik, instabilitas ekonomi global, serta perubahan sosial yang terus berkembang. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa keberlanjutan—baik dalam aspek lingkungan, sosial, maupun ekonomi—bukan lagi sekadar pilihan, tetapi suatu kebutuhan mendesak untuk memastikan kelangsungan hidup yang layak bagi generasi mendatang. Keberlanjutan, yang diakui sebagai prinsip dasar pembangunan global, harus dapat mengintegrasikan ketiga dimensi tersebut secara seimbang agar tercapai pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
Menurut laporan terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim telah menunjukkan dampak yang lebih cepat dan meluas dari perkiraan sebelumnya. Peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, serta naiknya permukaan laut memberikan dampak langsung terhadap ekosistem dan kehidupan manusia (IPCC, 2024). Di sisi lain, World Economic Forum (WEF) dalam Global Risks Report 2024 mencatat bahwa ketidakstabilan ekonomi, peningkatan utang negara, dan krisis energi semakin memperburuk situasi ketidakpastian, yang dapat memperlemah upaya-upaya keberlanjutan (WEF, 2024). Keterkaitan antara masalah lingkungan dan sosial juga semakin jelas, dimana ketimpangan ekonomi dan sosial menghambat implementasi kebijakan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan.
Pada level domestik, tantangan yang dihadapi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya semakin kompleks. Berdasarkan data dari United Nations Development Programme (UNDP), meskipun terdapat kemajuan dalam pencapaian beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), seperti pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas pendidikan, terdapat kemunduran signifikan di bidang pengelolaan sumber daya alam dan penanggulangan perubahan iklim (UNDP, 2024). Selain itu, tingkat kesenjangan sosial-ekonomi yang masih tinggi memperburuk upaya untuk mencapai pemerataan pembangunan yang berkelanjutan.
Pada akhir tahun 2024, berbagai permasalahan terkait keberlanjutan semakin mendalam di tengah ketidakpastian global. Isu-isu utama yang menjadi tantangan dalam menjaga keberlanjutan ini meliputi dampak perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, ketimpangan sosial, serta keterbatasan teknologi yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Keberlanjutan
Perubahan iklim yang semakin memperburuk kondisi lingkungan global menjadi tantangan utama dalam menjaga keberlanjutan. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2024) menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca yang terus meningkat telah menyebabkan suhu global rata-rata naik lebih dari 1,1°C dibandingkan dengan tingkat pra-industri. Ini berdampak langsung pada peningkatan frekuensi bencana alam, perubahan pola curah hujan, dan kenaikan permukaan laut. Sebuah studi oleh Setiawan, et al. (2023) dalam Jurnal Lingkungan dan Sumber Daya Alam mengungkapkan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dengan ancaman terhadap ketahanan pangan, sumber daya air, dan ekosistem pesisir. Oleh karena itu, upaya mitigasi perubahan iklim yang berbasis pada riset ilmiah sangat penting untuk mengurangi dampak yang lebih luas, serta menjaga keberlanjutan sumber daya alam.
Ketidakstabilan Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Keberlanjutan
Ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh krisis energi, ketegangan geopolitik, dan inflasi yang tinggi memperburuk upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. World Economic Forum (WEF, 2024) dalam Global Risks Report mencatat bahwa ketidakstabilan ekonomi, yang disebabkan oleh fluktuasi pasar energi dan ketegangan politik internasional, dapat mengganggu investasi jangka panjang yang dibutuhkan untuk mewujudkan keberlanjutan. Bappenas (2023) dalam kajian Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa krisis ekonomi global memengaruhi daya beli masyarakat dan memperburuk ketimpangan ekonomi di dalam negeri. Ketergantungan Indonesia pada sektor ekstraktif, seperti pertambangan dan energi fosil, membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga global, yang memperburuk ketimpangan sosial-ekonomi.
Kesenjangan Sosial dan Ekonomi yang Menghambat Keberlanjutan
Kesenjangan sosial-ekonomi yang terus melebar merupakan salah satu hambatan terbesar dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Menurut United Nations Development Programme (UNDP, 2024), meskipun ada kemajuan dalam pengurangan kemiskinan global, ketimpangan pendapatan dan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan tetap menjadi masalah besar, terutama di negara-negara berkembang. Studi oleh Wahyuni, et al. (2022) dalam Jurnal Pembangunan Sosial mengungkapkan bahwa ketimpangan sosial yang tinggi dapat memperburuk kondisi kemiskinan dan memperlambat pencapaian SDGs di Indonesia, khususnya dalam bidang pengentasan kemiskinan dan pendidikan yang inklusif. Kesenjangan sosial ini membuat masyarakat yang paling rentan sulit untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan kurang memiliki akses terhadap teknologi yang mendukung keberlanjutan.
Keterbatasan Teknologi dan Inovasi dalam Mendukung Keberlanjutan
Teknologi dan inovasi memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan keberlanjutan. Namun, ketimpangan dalam akses terhadap teknologi canggih menghambat upaya pencapaian keberlanjutan di negara-negara berkembang. Ariyanti, et al. (2023) dalam Jurnal Teknologi dan Inovasi mengemukakan bahwa meskipun teknologi energi terbarukan dan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk masalah lingkungan, banyak negara, termasuk Indonesia, yang masih menghadapi kendala dalam mengakses dan mengimplementasikan teknologi tersebut secara masif. Keterbatasan ini terutama terjadi di daerah pedesaan dan kawasan terisolasi, di mana infrastruktur dan akses terhadap pelatihan teknis masih minim. Di sisi lain, menurut penelitian Lee & Park (2023) dalam Journal of Sustainable Development, inovasi dalam teknologi hijau dan digitalisasi ekonomi yang lebih inklusif dapat menjadi jalan keluar untuk mempercepat pencapaian SDGs, namun hal ini membutuhkan komitmen dan kolaborasi yang kuat antara sektor publik, swasta, dan masyarakat.
Kurangnya Kolaborasi Antara Sektor Publik, Swasta, dan Masyarakat
Keberlanjutan hanya dapat dicapai melalui kolaborasi yang erat antara sektor publik, swasta, dan masyarakat. Namun, sering kali terdapat ketidakselarasan dalam tujuan dan kepentingan antara ketiga sektor tersebut. Sebuah kajian oleh Rahayu & Saputra (2023) dalam Jurnal Manajemen Pembangunan menunjukkan bahwa kebijakan yang tidak terkoordinasi dan tidak berbasis pada data ilmiah sering kali menghambat pencapaian tujuan keberlanjutan. Selain itu, ketergantungan pada kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan jangka pendek dan ekonomi seringkali mengabaikan aspek sosial dan lingkungan yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan adanya kebijakan yang lebih holistik dan berbasis bukti ilmiah yang melibatkan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan.
Menghadapi tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan di tengah ketidakpastian global membutuhkan pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Berbagai solusi perlu dipertimbangkan dengan melibatkan kolaborasi lintas sektor dan pemanfaatan teknologi yang berkelanjutan, yang didukung oleh prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai Islam. Berikut adalah beberapa solusi terbaik yang dapat diimplementasikan, lengkap dengan kajian ilmiah dan perspektif Islam:
- Penerapan Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Transisi Energi Terbarukan
Ekonomi hijau dan transisi energi terbarukan menjadi solusi utama dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mengurangi dampak perubahan iklim. Pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan. Selain itu, keberlanjutan sektor energi harus mendukung prinsip efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam.
Penelitian oleh Ariyanti et al. (2023) dalam Jurnal Teknologi dan Inovasi menunjukkan bahwa energi terbarukan memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan ketahanan energi di negara berkembang. Di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2023) melaporkan bahwa penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, yang juga mengurangi dampak lingkungan negatif.
Islam mengajarkan prinsip tawazun (keseimbangan) dalam penggunaan sumber daya alam. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah (2:164), Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan keseimbangan yang harus dijaga oleh umat manusia. Dalam konteks ini, prinsip Islam mendukung pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana dan berkelanjutan untuk generasi masa depan.
- Peningkatan Keadilan Sosial dan Pengurangan Ketimpangan Ekonomi
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan fokus pada pengurangan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi sangat penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Program-program seperti pemberdayaan ekonomi lokal, penguatan program inklusif dalam pendidikan dan kesehatan, serta redistribusi kekayaan melalui kebijakan yang lebih adil harus menjadi prioritas.
Penelitian oleh Wahyuni et al. (2022) dalam Jurnal Pembangunan Sosial menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi dan sosial yang tinggi di Indonesia memperlambat pencapaian tujuan SDGs, khususnya dalam hal kemiskinan dan pendidikan yang inklusif. Selain itu, studi oleh Suryani dan Haryanto (2023) dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan mengungkapkan bahwa redistribusi sumber daya secara lebih adil dapat mengurangi ketimpangan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dalam Islam, konsep zakat dan sedekah adalah instrumen penting untuk redistribusi kekayaan dan pengentasan kemiskinan. Islam mendorong umatnya untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan, sebagaimana disebutkan dalam surah At-Tawbah (9:60) mengenai kewajiban memberi zakat untuk membersihkan harta dan membantu yang membutuhkan. Dengan demikian, penerapan kebijakan redistribusi kekayaan berbasis pada nilai-nilai keadilan sosial dapat mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan.
- Peningkatan Akses terhadap Teknologi dan Inovasi Berkelanjutan
Peningkatan akses terhadap teknologi ramah lingkungan dan inovasi yang mendukung keberlanjutan menjadi langkah krusial untuk menghadapi tantangan global. Investasi dalam teknologi smart agriculture, energi terbarukan, dan digitalisasi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mempercepat pencapaian SDGs, khususnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan ketahanan pangan.
Penelitian oleh Lee & Park (2023) dalam Journal of Sustainable Development menekankan bahwa inovasi teknologi hijau dapat mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Di Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi (2024) mengembangkan platform digital untuk meningkatkan efisiensi pertanian melalui teknologi pertanian presisi yang mengurangi penggunaan air dan pestisida.
Islam menekankan pentingnya ilmu dan inovasi dalam mencapai kemajuan. Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” (HR. Ibn Majah). Dalam konteks keberlanjutan, Islam mendorong umatnya untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjaga keseimbangan alam dan memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak lingkungan.
- Kolaborasi Multistakeholder untuk Pencapaian SDGs
Pencapaian keberlanjutan memerlukan kolaborasi yang kuat antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil. Penguatan kemitraan multilateral di tingkat nasional dan internasional akan mempercepat implementasi kebijakan yang berbasis pada SDGs. Selain itu, penyusunan kebijakan yang berbasis bukti ilmiah, serta monitoring dan evaluasi yang transparan, sangat penting dalam memastikan keberlanjutan.
Studi oleh Rahayu & Saputra (2023) dalam Jurnal Manajemen Pembangunan menunjukkan bahwa kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam pembangunan berkelanjutan terbukti mempercepat pencapaian tujuan SDGs. Di Indonesia, Bappenas (2024) mendorong sektor swasta untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan keberlanjutan melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) yang lebih strategis.
Islam sangat menekankan pentingnya kerjasama dan ukhuwah dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ma’idah (5:2), “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” Kolaborasi antara berbagai pihak dalam pembangunan berkelanjutan adalah manifestasi dari nilai-nilai kerjasama dalam Islam yang mendukung tujuan kebaikan bersama.
- Pemeliharaan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan
Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan konservasi. Penggunaan metode konservasi alam, seperti agroforestry dan perlindungan ekosistem, dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan memperpanjang usia sumber daya alam.
Penelitian oleh Setiawan et al. (2023) dalam Jurnal Lingkungan dan Sumber Daya Alam menekankan pentingnya pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2024) mengembangkan program konservasi berbasis masyarakat yang melibatkan masyarakat adat dan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Islam mengajarkan prinsip tawhid (kesatuan) dan amanah (kepercayaan) dalam menjaga alam. Dalam surah Al-An’am (6:141), Allah SWT berfirman, “Dia yang menciptakan taman-taman yang menjalar dan yang tidak menjalar, pohon-pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya…” yang mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga keberlanjutan alam.
Dalam menghadapi tantangan ketidakpastian yang semakin kompleks di tahun 2024, upaya menjaga keberlanjutan menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi. Perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, ketimpangan sosial, dan keterbatasan teknologi adalah beberapa hambatan yang perlu diatasi secara bersama-sama melalui pendekatan yang terintegrasi dan berbasis pada ilmu pengetahuan yang valid serta prinsip-prinsip etika yang kuat. Solusi yang diusulkan, mulai dari penerapan ekonomi hijau dan energi terbarukan, pengurangan ketimpangan sosial-ekonomi, hingga pemeliharaan sumber daya alam secara berkelanjutan, memerlukan komitmen lintas sektor yang solid dan implementasi kebijakan berbasis bukti yang transparan.
Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam memberikan panduan penting yang mendalam tentang bagaimana kita dapat mencapai keseimbangan dalam hidup, menjaga amanah dalam pengelolaan alam, serta memelihara keadilan sosial untuk kesejahteraan umat manusia. Prinsip tawazun (keseimbangan) dan tawhid (kesatuan) dalam Islam memberikan landasan moral yang kokoh untuk mendorong keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, baik lingkungan, ekonomi, maupun sosial.
Oleh karena itu, pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di tahun 2024 dan seterusnya harus melibatkan kerjasama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan, kebijakan yang inklusif dan adil, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan akan memainkan peran penting dalam mewujudkan dunia yang lebih berkelanjutan. Keberhasilan dalam menjaga keberlanjutan tidak hanya akan membawa manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang, tetapi juga mencerminkan komitmen kita terhadap kehidupan yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis.
Dengan demikian, setiap individu dan pihak terkait memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada pencapaian keberlanjutan, baik secara langsung melalui tindakan konkret maupun secara tidak langsung melalui dukungan terhadap kebijakan yang mendukung perubahan positif. Keberlanjutan adalah tanggung jawab bersama yang harus dijaga demi masa depan yang lebih baik bagi bumi dan seluruh penghuninya.
( Selamat Tahun Baru 2025)
Tahun 2024 telah berlalu…, Banyak ilmu, banyak temu…
Selamat tinggal, semoga berkesan,..2025 mari datang, lebih cemerlang!
Di akhir tahun kita bersorak,..Dengan ilmu terus melangkah.
Semoga tahun baru penuh berkah,..Pengetahuan semakin melekat….