Pelajar MTsN 2 Surabaya Ciptakan Alat Deteksi Dini Disleksia

Fathi Zahiya dan Nur Maisyah Ilmira siswi kelas IX MTsN 2 Kota Surabaya. (Foto: Kemenag)

simantab.com – Dua siswa MTsN 2 Kota Surabaya menciptakan alat deteksi dini disleksia yang dapat langsung mengidentifikasi kondisi ini tanpa tes panjang dari psikolog.

Alat ini memungkinkan deteksi instan dengan menggunakan metode Neural Network dan Elektroensefalografi (EEG). Fathi Zahiya dan Nur Maisyah Ilmira, siswi kelas IX MTsN 2 Surabaya, berhasil menjadi finalis Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2024 berkat inovasi ini.

Penelitian mereka berjudul “Implementasi Metode Neural Network dan Elektroensefalografi pada Rancang Bangun Aplikasi Deteksi Disleksia Berbasis Mobile (DMD)” mengungkapkan bahwa penderita disleksia menunjukkan ketidakaturan pada gelombang beta dan gama otak.

Dengan menempelkan sensor EEG di kepala, hasil deteksi langsung keluar dengan akurasi 100 persen setelah diuji 20 kali.

Penemuan ini memberikan solusi praktis dan cepat bagi anak disleksia tanpa harus melalui serangkaian tes yang panjang dan melelahkan.

Alat ini disiapkan dalam dua bulan dengan biaya Rp5 juta, namun hanya berfungsi sebagai detektor, bukan alat terapi. Meski begitu, deteksi dini penting agar pengobatan dan terapi bisa dilakukan lebih tepat.

 

Pengertian Disleksia

Disleksia adalah kondisi ketika seorang anak mengalami kesulitan memahami sesuatu, ditandai kesulitan membaca dan menulis. Disleksia menjadi masalah yang cukup umum di Indonesia, dengan prevalensi 10 persen menurut data Dyslexia Center Indonesia (2019).

Tetapi penting artinya bagi penderita disleksia agar dapat dideteksi sejak dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan perlakuannya lebih tepat.

Disleksia dapat diterapi secara dini dan lebih besar peluang berhasilnya secara tuntas. Intervensi dini dapat membantu anak-anak disleksia menjadi pembelajar yang terampil.

Selama ini para psikolog mengenal empat jenis terapi disleksia, yaitu terapi wicara (speech therapy), terapi multisensori, terapi program membaca, dan terapi yoga.

Keempatnya dipercaya dapat meningkatkan kemajuan otak kecil untuk anak-anak dengan disleksia, dispraksia, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Semuanya itu adalah gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak.

Iklan RS Efarina