simantab.com
“Di suatu negeri yang dipenuhi kotak-kotak kosong, tinggallah seorang ambisius bernama Apoh
Apoh merasa sangat gelisah melihat kotak-kotak kosong itu. Dia tahu, jika ada lawan yang mengisi kotak-kotak tersebut, dirinya pasti akan kalah.
‘Aha! Aku tahu solusinya!’ seru Apoh.
‘Aku akan melawan kotak kosong. Mereka tidak akan punya apa-apa untuk melawan balik!’
Dengan semangat berkobar, Apoh berangkat berkemah ke Jakarta, berharap kotak kosong tetap tak terisi.
Ia mendirikan tenda di tengah hiruk-pikuk ibu kota, sambil menghela napas lega karena kotak-kotak kosong itu masih tetap kosong.
Namun, ambisinya terguncang ketika melihat survei terbaru. Elektabilitasnya hanya mencapai 37 persen.
Ngeri membayangkan dirinya harus bertarung dengan kotak kosong yang perlahan mulai menarik perhatian warga.
Apoh berusaha keras untuk tetap tenang, menghibur dirinya bahwa kotak kosong takkan pernah bisa benar-benar mengalahkannya. Namun, di dalam hatinya, dia tahu, melawan kotak kosong adalah satu-satunya cara untuk tetap relevan.
Dia berjuang melawan ketakutannya sendiri, terperangkap dalam petualangan yang absurd, di mana elektabilitasnya menjadi taruhan paling berharga.
Begitulah kisah Apoh, yang dengan gigih melawan kotak kosong, dalam harapan bahwa mungkin, hanya mungkin, ia bisa menghindari kekalahan yang tampaknya tak terelakkan.”