WHO: Cacar Monyet Bukan Covid-19 Baru

Ilustrasi MPOX. Shutterstock

simantab.com – WHO menegaskan bahwa cacar monyet, dalam bentuk apapun, tidak sama dengan Covid-19. Otoritas kesehatan global juga telah memiliki metode efektif untuk mengendalikan penyebarannya.

“Kita harus mengatasi cacar monyet bersama-sama. Penting untuk membangun sistem global guna mengendalikan dan menangani cacar monyet agar tidak terjebak dalam siklus panik dan pengabaian,” ujar Hans Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa.

Meskipun gejala cacar monyet atau mpox umumnya ringan, penyakit ini bisa berakibat fatal pada anak-anak, ibu hamil, dan individu dengan kekebalan tubuh rendah, seperti pengidap HIV. Gejalanya menyerupai flu biasa dan munculnya ruam berisi nanah.

Varian 1b dari cacar monyet menimbulkan kekhawatiran global karena diduga lebih mudah menyebar melalui kontak rutin. Baru-baru ini, kasus cacar monyet pertama di luar Afrika terkonfirmasi di Swedia, yang terkait dengan wabah di Afrika.

WHO menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global, setelah teridentifikasinya varian baru penyakit ini.

Kluge menekankan bahwa fokus pada varian clade 1 penting untuk memerangi clade 2, yang meskipun tidak seberbahaya, tetap menyebar global sejak 2022. Hal ini juga membantu Eropa memperkuat respons melalui peningkatan pengawasan dan edukasi kesehatan.

Di Eropa, sekitar 100 kasus baru varian clade 2 dilaporkan. Penyebaran cacar monyet terjadi melalui kontak fisik dan seksual. Namun, berbeda dengan Covid-19, belum ada bukti yang menunjukkan virus ini mudah menular melalui udara.

Menurut data terbaru CDC Afrika, pada 2024 terdapat 17.541 kasus mpox di 12 negara di Afrika dengan 517 kematian. Negara-negara seperti Afrika Selatan, Kenya, Rwanda, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo melaporkan lonjakan kasus. Kongo menyumbang 96 persen dari kasus yang dilaporkan dan 97 persen dari kematian.

CDC Afrika mencatat peningkatan jumlah kasus hingga 160 persen pada akhir Juli dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Virus ini juga terdeteksi di Pantai Gading dan Liberia.

 

REUTERS I TEMPO berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Iklan RS Efarina