Jepang Dilanda Peningkatan Infeksi Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), ilustrasi (simantab/dk)
simantab.com – Jepang menghadapi lonjakan infeksi Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) yang mengkhawatirkan. Laporan terbaru menunjukkan jumlah kasus mencapai 977, melampaui rekor sebelumnya yang tercatat sepanjang tahun lalu. Peningkatan ini terjadi saat negara tersebut mulai melonggarkan peraturan pembatasan COVID-19.
Menurut data National Institute of Infectious Diseases Japan per 2 Juni 2024, infeksi bakteri Group A Streptococcus (GAS) kini menyebar lebih cepat. Bakteri ini dapat menyebabkan gejala berat seperti nyeri dan pembengkakan pada anggota badan, demam, tekanan darah rendah, hingga nekrosis, kegagalan organ, dan kematian.
Ken Kikuchi, profesor penyakit menular di Tokyo Women’s Medical University, memperkirakan jumlah kasus bisa mencapai 2.500 pada tahun ini dengan tingkat kematian sebesar 30%. “Sebagian besar kematian terjadi dalam waktu 48 jam,” ujar Kikuchi. dikutip dari The Japan Times, Sabtu (15/6/2024).
Dia menambahkan bahwa pembengkakan yang terjadi bisa sangat cepat menyebar dan berakibat fatal dalam waktu singkat.
Kikuchi mendesak masyarakat untuk menjaga kebersihan tangan dan segera mengobati luka terbuka. Infeksi ini bisa menular melalui kontaminasi tangan dari tinja yang mengandung bakteri GAS.
Lonjakan serupa juga dilaporkan di setidaknya lima negara Eropa pada akhir 2022 setelah pembatasan COVID-19 berakhir, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dengan tingkat infeksi yang mengkhawatirkan, pemerintah dan otoritas kesehatan Jepang terus memantau dan mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran infeksi ini.