Air Mati Hidup, Pelayanan Perumda Tirta Uli Pematangsiantar Buruk

Pernah Raih Top Award BUMD se-Indonesia

Simantab – Pelayanan buruk Perumda Tirta Uli Pematangsiantar masih dirasakan sejumlah masyarakat kota itu. Kondisi air yang masih hidup mati terutama di jam-jam sibuk terjadi saban hari.

 

Dikeluhkan jika kondisi di atas sangat menyengsarakan masyarakat meski negara ini telah didapuk kemerdekaan selama 76 tahun. Apalagi, perusahaan daerah milik Pemko Pematangsiantar, itu sudah meraih penghargaan Top Award BUMD se Indonesia, pada April 2022 yang lalu.

 

“Kita sudah pernah bertanya ke petugasnya di kantor PDAM soal ini (air mati hidup), tapi jawabnya karena daerah di rumah saya daerah tinggi jadi air agak payah air naik. Itu lah jawabnya. Dalam hati berarti saya harus pindah rumah lah ke daerah rendah supaya air lancar. Gak tau saya entah petugas itu sering baca berita atau tidak, kalau sekarang aja manusia sudah terbang ke angkasa. Masa menaikkan air gak mampu,” kata Parlindungan, warga Jalan Melati, Kecamatan Siantar Barat, Selasa (20/12/2022).

 

Parlindungan merupakan satu dari sejumlah warga kawasan Jalan Melati, Kelurahan Simarito, Kecamatan Siantar Barat, yang mengalami pelayanan buruk Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Uli yang dipimpin Zulkifli Lubis.

 

Dia mengurai, air yang mengalir di waktu yang bukan pada jam sibuk, debit airnya sangat kecil sehingga memuakkan. Debit air yang deras hanya dapat dirasakan pada malam hari hingga tengah malam.

 

“Jam 10 malam ke atas baru lah lumayan deras air mengalir. Pertanyaannya siapa lagi mau main air jam segitu. Kemudian sering saya perhatikan air gak hidup pada jam 1 sampai jam 3 pagi, padahal pengguna dalam rentang waktu itu minim kan. Itu lah abang tanyakan ke mereka (PDAM Tirta Uli) kenapa bisa gitu, ada apa?” tanya dia.

 

Ia juga menduga pejabat teras PDAM Tirta Uli tak pernah turun ke lapangan mendengarkan keluhan masyarakat. Padahal Jokowi saja sering ke lapangan, mendengarkan keluhan masyarakat walau seorang kepala negara.

 

“Saya duga demikian. Karena kalau mereka turun ke lapangan pasti sudah beres lah masalah ini dari dulu. Biar abang tau air mati hidup ini bukan hitungan bulan, tapi bertahun. Kita juga kadang gak ngerti pejabat PDAM ini semua lulusan sarjana, tapi menaikkan air saja tak mampu. Untung lah ada abang wartawan biar dengar orang itu masalah ini,” terangnya.

 

Wartawan telah mengkonfirmasi terkait keluhan warga kepada Humas Perumda Tirta Uli, Jimmy Simatupang. Dia mengatakan, kondisi diatas disebabkan sejumlah faktor teknis. Salah satunya tegangan PLN yang sering tidak normal sehingga menggangu pompa sumur bor yang merupakan sumber air ke lokasi tersebut.

 

“Untuk kawasan melati, terutama melati puncak seluruh di suplai dari pompa sumur bor yang berlokasi di Jalan Bakung. TIdak bisa di suplai dari grafitasi mata air di karenakan elevasi terlalu tinggi itu sebab pemancar TVRI berada sana. Untuk operasi pompa sumur bor pakai jam istirahat dan kendala yang sering apabila tegangan PLN tidak normal pompa akan mengalami gangguan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (20/12).

 

Awak media ini juga telah meminta tanggapan Walikota Susanti terkait masalah diatas melalui pesan Whatsapp berikut dokumentasi video air tidak hidup di rumah warga, namun yang bersangkutan belum bersedia berkomentar.

 

Iklan RS Efarina