Simantab – Mosi tidak percaya terhadap Walikota Siantar Susanti Dewayani kembali disuarakan aliansi mahasiswa yang turun ke jalan. Aksi dilatarbelakangi dari penilaian massa atas kepemimpinan walikota yang masih sarat persoalan menjabat orang nomor wahid di kota itu.
Mosi tak percaya ini merupakan ketiga kalinya digelar aliansi mahasiswa yang tergabung dalam KAMPAS atau Kesatuan Aksi Mahasiswa dan Pemuda Siantar. Diantaranya; Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) P. Siantar, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) P. Siantar-Simalungun, Koalisi Aksi Pemuda dan Mahasiswa (Kopasis) Siantar dan Gerakan Mahasiswa Pejuang Rakyat (GEMPAR) Siantar.
Massa aksi mengemukakan sejumlah persoalan yang timbul lantaran kegagalan walikota memanajemen perangkat aparaturnya dengan baik, bahkan selama memimpin terkesan jalan sendiri karena tidak menuai dukungan positif di masyarakat yang seolah acuh tak acuh dengan lakonnya yang penuh pencitraan.
Orator aksi juga menyerukan walikota gagal memberikan terobosan dan gebrakan yang dapat memicu optimalisasi fungsi-fungsi perangkat daerah, lebih-lebih ia terjebak dalam hegemoni protokoler yang membuat seolah ia hanya berfungsi memberikan sambutan di acara-acara penting saja. Tanpa adanya daya-upaya yang memunculkan dan mendorong sebuah gagasan untuk menjawab permasalahan di kota kecil ini.
Sekelumit permasalahan yang ada, menurut mereka, bermuara tidak optimalnya pelayanan publik khususnya pembangunan kesejahteraan. Menurut mereka hal itu terjadi tak lepas dari pembisik di lingkaran walikota.
“Itu orang – orang di sekeliling walikota brengsek semua itu. Copot oknum dewan pengawas Perumda Tirta Uli yang bersikap arogan dan angkuh yang suka intervensi mahasiswa dan tidak pernah menghargai pegawai bahkan bertindak suka-sukanya di kantor itu,” ujar orator aksi, Gading.
Massa juga menyoroti dua perusahaan daerah milik Pemko Siantar yaitu PD-PAUS dan PD-PHJ yang terus merugi dan tak sehat. Kendati demikian Walikota Susanti menurut mereka tak berbuat apa-apa.
Kemudian maraknya gelandangan pengemis di persimpangan jalan yang banyak membawa anak kecil bahkan datang ke pusat-pusat keramaian tempat dimana banyak pejabat kota nongkrong. Walikota lanjut massa juga diam saat masyarakat menjerit karena naiknya NJOP dan banyaknya odong-odong memutar musik dewasa bagi anak-anak serta semrawutnya lapangan merdeka dan tempat fasilitas umum lain dikuasai pedagang liar.
Masih banyak lagi yang disorot massa aksi terhadap walikota. Termasuk Walikota tak berbuat soal tertundanya LKPJ dan Ranperda RTRW yang membuat kota menjadi semrawut. Termasuk program Lihat Sampah Ambil (LISA) yang tak disambut baik oleh masyarakat.
“Selain itu dugaan pemalsuan dokumen negara oleh Walikota dkk dalam kasus semrawut mutasi ASN Pemko yang sudah kami laporkan ke Polres Siantar juga menjadi bukti betapa walikota terkesan ingin gonta-ganti kabinet tanpa aturan,” teriak orator.
Massa aksi berorasi di depan Kantor Walikota juga menyesalkan sikap berlebihan menerima massa berjumlah belasan orang namun disambut puluhan personel Satpol PP dan Polisi.
“Kami sedikit bisa (dihitung) dengan jari. Kami tidak bawa senjata. Tapi yang menyambut kami lebih-lebih dari jumlah kami. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak ibu yang menyambut. Tapi di sini kami katakan, Wali Kota sangat pecundang, hanya berani berlindung dibalik seragam dinas petugas pengamanan,” ujarnya