Simantab – Kartel sabu Bangsal belum tersentuh hukum. Berpusat di belakang Pajak Horas, basis narkoba tersohor ini berjarak sekitar 1 kilometer dari Polres Siantar. Dengan Polsek Siantar Barat, Bangsal hanya sekitar 600 meter.
Kartel sabu Bangsal beroperasi atas perintah sang bandar berinisial UH. Akrab dipanggil Umar, pria ini malang melintang di dunia narkoba hingga sosoknya sudahtak asing. Media juga tak sedikit pernah menjadikannya sebagai objek pemberitaan.
Dengan segala kekuatannya, bos sabu kawakan itu kerap memindahkan basis penjualan narkoba di beberapa sudut Kota Siantar. Pernah di kawasan Bajigur, ringroad Tanjung Pinggir, Jalan Teratai Gg Simalungun, Jalan Pattimura Tomuan, dan lokasi lainnya. Dan, yang terakhir di belakang Pajak Horas, dijuluki Bangsal.
Pada prinsipnya, alasan berpindah-pindah untuk mengamankan jalannya penjualan narkotika golongan I jenis bukan tanaman, termasuk dari kejaran aparat. Alasan lain juga karena mendapat penolakan warga, serta kerap jadi objek pemberitaan media.
Walaupun sering berpindah lokasi ternyata para pencandu tak sulit untuk menemukan “loket jual sabu” tersebut. Hal ini ditengarai karena kartel sabu punya skill marketing seperti seorang sales pada umumnya.
“Mereka (anak buah UH) ngabarin ke kita. Bilang kalau sekarang sudah di sini. Kayak sales lah. Begitu terus jika pindah lokasi penjualan. Iya, termasuk di situ (ketika pindah Bangsal),” kata seorang pria kepada wartawan.
Sumber merupakan seorang junkie atau pecandu acap kali memperoleh sabu yang didagangkan anak buah Umar di beberapa lokasi yang telah disebutkan di atas. Tak terkecuali Bangsal.
Diutarakannya, peredaran sabu di gang sempit Bangsal cukup diminati para pengguna. Diperkirakannya, tiap hari ratusan orang menyambangi lokasi itu.
Umar dalam menjalankan bisnis haramnya dibantu beberapa kaki tangannya yang saling koordinasi hampir tak terputus. Diantaranya; kenziro sebuah istilah yang memiliki peran sebagai mata-mata, yang ditempatkan seperti pintu masuk. Lalu, Becak sebagai pengantar sabu ke pembeli di area dalam.
“Kemudian ada juga sejumlah pria yang perannya sebagai tukang pukul. Mereka ini turut dibekali beroti (kayu) bahkan sampai parang (golok). Terkadang pembeli ini karena dia orang dekat situ jadi mintanya macam-macam. Si tukang pukul ini lah yang mengatasi,” terang dia.
Seperti pekerja pada umumnya, kenziro, becak dan tukang pukul turut menikmati honor dari tugas yang dijalankan. Menurut sumber jam operasional penjualan sabu juga ada ketetapannya.
“Biasanya mulai buka pukul 10 pagi sampai pukul 10 malam. Kalau malam weekend tutup bisa sampai dini hari. Gaji mereka per hari lebih dari Rp100 ribuan. Kalau siang mereka juga disediakan makan. Jatah (sabu) ada. Kadang itu juga yang pekerja jual ke pasien,” kata dia.
Bangsal berada di gang kecil yang dihuni penduduk dan hanya bisa dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Selain bisa terhubung ke puluhan gang lainnya, kondisi itu memungkinkan jalur pelarian para pengedar.
Sepengetahuannya, Bangsal pernah beberapa kali telah didatangi aparat kepolisian setempat. Pada Nopember 2023 silam, Kapolres AKBP Yogen Heroes Baruno memimpin langsung sepasukan polisi menggelar Gerebek Kampung Narkoba (GKN) di Bangsal. Namun memang belum berhasil menjerat sang bandar, Umar.
“Memang gitu kalau sudah digerebek mereka tutup, lalu buka lagi. Pernah sehari ditindak tapi besok langsung main lagi, kan bikin kesal. Kelihatannya penjahat lebih hebat dari aparat. Kenapa warga setempat kok gak protes mungkin kita sudah tau jawabnya. Umar ini rajin bagi-bagi,” sebutnya.
Sementara, persoalan Bangsal telah dikonfirmasi kepada Kapoldasu lewat Kombes Pol Yemi Mandagi, Selasa (2/4/2024). Direktur Reserse Narkoba itu menyampaikan, basis narkoba di Siantar itu sudah sering ditindak aparat kepolisian. Tetapi memang belum berhasil memenjarakan Umar. Pun, dipastikannya, Bangsal untuk terus diselidiki.